Rambu S-Coret sama dengan tempat berhenti?

Silakan perhatikan foto berikut ini.

Sekumpulan anak sekolah menunggu angkot di plang S-Coret di sekitar Simpang Dago

Saya cukup yakin mengatakan, kalau kita tanya anak-anak sekolah itu satu persatu, kemungkinan besar mereka paham arti rambu S-Coret, yaitu DILARANG BERHENTI. Tapi faktanya, semua orang tidak pernah sadar bahwa mereka menunggu di tempat yang salah. Memang menyedihkan, begitu banyak pelanggaran hukum di negara ini yang sudah menjadi keseharian kita, sehingga orang-orang tidak sadar BENAR dan SALAH yang sebenarnya itu yang mana? Secara tidak sadar, anak-anak tersebut kelak bisa menjadi orang yang mungkin tidak takut lagi melanggar hukum, karena sejak anak-anak sampai dewasa terbiasa melihat lingkungan yang penuh dengan pelanggaran yang dibiarkan.

Kalau anda berada di sekitar kampus ITB, silakan perhatikan mahasiswa-mahasiswa yang konon putra terbaik bangsa ini dengan santainya menunggu angkot persis di rambut S-Coret. Jadi yang benar, apa makna S-Coret? Tempat berhenti atau Tanda Dilarang Berhenti? Bagaimana menurut anda?

– Arry Akhmad Arman –

Iklan

Fungsi “Halte Bis” di Bandung Tidak Dijaga!

Salah satu masalah semrawutnya angkot di kota Bandung adalah tidak adanya halte atau tempat berhenti untuk menaikan atau menurunkan penumpang. Namun, paling tidak, kalau kita perhatikan, di Bandung ini ada rambu-rambu tempat berhenti untuk bis kota. Nah, kalau kita perhatikan lokasi-lokasi halte bis kota tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada “niat” dari Pemkot Bandung untuk memelihara agar fungsinya berjalan seperti seharusnya.

Saya kadang bingung, yang dipikirkan oleh para pengelola kota ini adalah solusi-solusi canggih yang hebat, perlu effort besar untuk implementasinya, perlu biaya besar untuk mewujudkannya, tapi MENGABAIKAN HAL-HAL DI DEPAN MATA yang seharusnya dibereskan.

Salah satu hal yang tidak mendapat perhatian serius adalah pemeliharaan fungsi HALTE BIS. Hampir semua halte bis di Bandung telah terganggu, bahkan berubah fungsi sedemikian rupa sehingga tidak dapat digunakan sesuai fungsi yang diinginkannya. Silakan perhatikan dua foto berikut.

halteu01_small.jpg

Halte bis berubah menjadi pangkalan taksi! Masih bisakah bis berhenti disini?

 

halteu02_small.jpg
Jualan tepat di halte bis. Masih bisakah bis berhenti disini?

Sulitkah menertibkan hal tersebut? Sulit mana dengan membuat jalan layang? Sama seperti urusan kaki lima, alasan yang saya dengar selalu “kurangnya jumlah personil dan jumlah biaya operasi” untuk menertibkannya. Maaf saja, menurut saya itu alasan yang keluar dari orang yang tidak kreatif! Bahkan stupid! Masih banyak cara untuk menertibkan dengan effort yang tidak terlalu besar. Lakukan saja patroli secara kontinyu tapi random. Dan pikirkan satu hukuman yang merepotkan, tapi mendidik. Saya kira 4 mobil patroli yang jalan secara random ke berbagai tempat di Bandung cukup membuat pelaku pelanggaran ketar-ketir juga!

Bagaimana menurut anda?

– Arry Akhmad Arman –

ATM dan Petunjuk Arah Jalan Sama Pentingnya?

Petunjuk-petunjuk jalan yang berwarna hijau merupakan rambu-rambu utama yang akan membantu para pendatang yang kebingungan untuk menemukan-menemukan lokasi-lokasi penting sehingga dapat membantu menuntun mereka ke tempat tujuan. Lokasi-lokasi yang tercantum biasanya bangunan-bangunan utama yang menjadi ciri kota. Untuk kota Bandung, barangkali nama-nama seperti Gedung Sate, Kampus ITB, Balai Kota, arah Lembang, arah Jakarta, Alun-Alun dan sebagainya sudah sepantasnya menjadi acuan-acuan yang ada dalam rambu tersebut. Bangunan komersial yang sudah melegenda dan menjadi ciri kota masih memungkinkan untuk dicantumkan, misalnya Hotel Preanger, Savoy Homann, dan sebagainya.

Menariknya, kalau kita perhatikan rambu-rambu tersebut di kota Bandung, telah dicampur-adukan dengan iklan tanpa membedakan lagi mana ikon kota yang penting, mana iklannya. Sebagai contoh, perhatikan foto berikut.

 

arahjalan.jpg
Contoh rambu petunjuk arah di Jalan Siliwangi
.
Mari kita baca isi petunjuk arah di dalam contoh foto di atas. Sebuah ATM BNI sama pentingnya dengan Gedung Sate, juga sama pentingnya dengan Taman Juanda. Jika dikatakan bahwa ATM memang penting, mengapa ATM Mandiri tidak dicantumkan, mengapa ATM BCA tidak dicantumkan? Saya kira sah-sah saja memanfaatkan rambut-rambu seperti itu untuk tujuan iklan untuk menambah pendapatan daerah, tapi sebaiknya tetap memperhatikan tujuan rambu-rambu tersebut dan harus dijaga proporsi kepentingannya. Iklan bisa saja dibuat dengan huruf yang lebih kecil, sehingga nilai kepentingannya tidak sejajar dengan petunjuk arah. Alangkah lebih bermanfaat jika ATM BNI yang searah dengan Gedung Sate diganti dengan Kampus UNPAD. Jika anda mencoba jalan-jalan ke berbagai sudut kota Bandung, anda akan menemukan banyak hal serupa, misalnya mencantumkan nama-nama Factory Outlet.
Jika ingin memberikan informasi yang lebih lengkap termasuk informasi komersial, saya pikir lebih baik dibuat desain khusus untuk tambahan iklan tanpa mengganggu tujuan utamanya. Misalnya, kita tambahkan satu baris yang dimensinya lebih kecil berisi informasi ATM beberapa bank menggunakan logo khas ATM, atau arah rumah makan dengan logo makanan. Dengan demikian tujuan memberikan arah di kota tercapai dengan jelas, juga sekaligus menambah pemasukan dari iklan juga tercapai.
Semoga bermanfaat!
– Arry Akhmad Arman –

Bosan dengarkan koleksi MP3? Coba Radio Online!

Seberapa banyakpun koleksi lagu MP3, saya yakin ada saatnya anda bosan juga karena terlalu sering didengarkan. Itu saya alami juga. Lantas bagaimana? Secara tidak sengaja saya coba-coba meng-klik pilihan RADIO TUNER di dalam Windows Media Player. Wow, ternyata kita digiring pada chanel-chanel radio online yang banyak sekali pilihannya. Senang Jazz, jazz yang bagaimana? Ada! Senang Love Song? Ada! Senang Boza Nova, Piano Solo, Lagu lama tahun 70a, 80an? Ada juga!

Tapi ada syaratnya, koneksi internet kita harus cukup kencang dan konsisten. Saya pake Indosat IM2 di rumah dan dengan santai bisa menikmati semua channel hampir tanpa terputus. Saya sarankan, jangan lakukan ini di kantor! Bandwidth internet kantor akan tersedot banyak oleh anda. Lakukanlah di rumah jika sedang bekerja di depan komputer dengan santai. Supaya tambah nyaman, belilah speaker eksternal yang cukup baik kualitasnya. Saya pake Creative paling murah yang dilengkapi Sub-Wofer, harganya 300 ribuan. Untuk mendapatkan suara yang nyaman dan untuk didengarkan sendiri sudah lebih dari cukup.
Selamat mencoba menikmati lagu-lagu kesukaan anda! Semoga sharing ini bermanfaat buat anda yang tidak pernah mencobanya.

Salam
Arry Akhmad Arman

Tembok Bandung dan Tembok Berlin

Di Berlin ada satu tembok yang sangat terkenal yaitu tembok Berlin. Tembok tersebut dulunya menjadi pemisah antara Berlin Barat dan Berlin Timur ketika Jerman berlum bersatu (cerita selengkapnya bisa dibaca disini), dan sekarang sudah dirobohkan. Sebagian segmen tembok tersebut disisakan sebagai peninggalan sejarah untuk Jerman dan dunia, juga sebagai objek turis. Sisa tembok tersebut terletak dekat Ostbanhof (Stasiun Timur). Ingin kesana? Turunlah di Ostbanhof, keluar stasiun, pasti anda bisa melihat tembok tersebut. Perlu diketahui bahwa tidak semua lukisan-lukisan di sisa tembok Berlin merupakan lukisan original yang dibuat ketika tembok tersebut belum dirobohkan. Sebagian merupakan lukisan baru yang dibuat setelah tembok dirobohkan.

berlin-wall.jpg

Saya dan istri tercinta berfoto di sisa Tembok Berlin (2006).
Foto-foto lainnya, klik disini (2004): wall01.jpg, wall02.jpg, wall03.jpg, aaa.jpg

 

Walaupun tidak sepanjang sisa tembok Berlin, di Bandung saya kira ada tembok bergambar yang tidak kalah indahnya. Bahkan uniknya, secara berkala di ganti gambarnya, yaitu tembok di sepanjang jalan Siliwangi, kita sebut saja Tembok-Bandung. Kadang secara kebetulan saya melihat adik-adik mahasiswa Senirupa ITB yang sedang menggambar ulang tembok tersebut. Saya sendiri kurang tahu, dari mana sponsornya, dan setiap berapa waktu tembok tersebut dilukis ulang. Berbeda dengan tembok Berlin yang relatif banyak didatangi turis dan mereka selalu menyempatkan diri berfoto di sekitar tembok tersebut, saya perhatikan hampir tidak pernah melihat orang yang dengan sengaja berfoto di depan Tembok-Bandung.

bandung-wall2.jpg

Tembok Bandung di sepanjang jalan Siliwangi (Foto tahun 2004)

Memang, siapa sih pendatang yang mau berjalan kaki disana? Dari mana mau kemana? Kalaupun mau berfoto, mereka tidak tahu harus parkir dimana? Tembok tersebut lokasinya berseberangan dengan Babakan Siliwangi. Dulu ada restoran Sunda disana (milik Pemda?), lalu pernah kebakaran dan sekarang tidakdimanfaatkan untuk tujuan apapun dan tidak terurus, hanya jadi akses masuk menuju fasilitas olah raga ITB di Lebak Siliwangi. Mungkin bisa dipikirkan untuk mendayagunakan kembali lokasi tersebut, sekaligus memilikirkan untuk menjual si ‘Tembok Bandung’ tadi sebagai salah satu ikon kota Bandung.

flowercarpet00023.jpg

Karpet Bunga Raksasa di Belgia (2000)

 

Di beberapa kota di Belgia, setiap 2 tahun ada yang event yang disebut flower carpet, karpet bunga raksasa dibuat dari ‘bunga sungguhan’. Setiap 2 tahun tersebut pola atau gambar karpetnya selalu berbeda-beda dan unik. Turis ramai tidak hanya melihat karpet bunga yang sudah jadi, tetapi juga ketika proses penyusunan bunga tersebut menjadi karpet raksasa. Nah, saya kira, kalau mau meniru ide tersebut, melukis ulang tembok tersebut dapat dijadualkan dan dipublikasikan. Sehingga orang dibuat penasaran dengan lukisan berikutnya yang akan dibuat di Tembok Bandung, serta bisa menyaksikan bagaimana proses melukis tembok tersebut.

Rasanya ide ini tidak terlalu sulit dilakukan. Bagaimana menurut anda??

– Arry Akhmad Arman –

Memimpikan jalan Braga seperti ‘pedestrian area di Munich’

Banyak orang senang ke Paris van Java (PvJ) di jalan Sukajadi Bandung, walaupun harus bermacet-macet kesana, lalu bersusah payah mencari lokasi parkir. Menariknya, mereka tidak pernah kapok. Ada rasa kangen untuk datang lagi. Mengapa? Menurut saya bukan semata-mata karena ada toko A yang menjual barang favorit dia atau karena ada toko B yang selalu memajang produk baru yang sulit dicari di tempat lain atau karena ada toko C yang barangnya menarik harganya. Mungkin itu benar. Tapi tidak sedikit orang kesana hanya untuk berjalan-jalan, menikmati suasana yang lain. Begitu masuk kesana, memang terasa lain. Lupa dengan kota Bandung yang semakin semrawut, rasanya memang kita sedang berkunjung ke suatu dunia lain yang lebih baik dari Bandung yang sebenarnya. Persis seperti ketika kita masuk ke DUFAN (Dunia Fantasi) di Ancol, di dalam itu kita dibawa ke dalam suasana lain, dan sesaat lupa kepada tempat kita sehari-hari.

Apakah suasana seperti itu ada dalam suasana yang sesungguhnya? Ketika pertama kali berkunjung ke PvJ, saya langsung teringat Munich, salah satu kota terbesar di Jerman. Ada suatu area jalan kaki yang sangat lebar dan panjang. Kiri kanan toko dan tidak ada jalur mobil di tengahnya. Area jalan kaki ini terletak antara Karlsplatz dan Marienplatz. Kebetulan saya pernah dua kali berkesempatan mengunjungi Munich. Satu kali pada awal tahun 2005, pada saat musim dingin penuh salju dimana-mana. Kesempatan kedua pada tahun 2006 musim panas. Jadi sempat melihat area tersebut untuk dua kondisi yang berbeda. Ternyata di kedua musim yang ekstrim berbeda tersebut, area tersebut tetap menjadi kawasan yang ramai. Lihat dua foto di bawah ini.

munich01.jpg

Area jalan kaki di Munich pada saat musim panas 2006

munich02.jpg

Area jalan kaki di Munich pada saat musim dingin (awal 2005)

Suasana ini agak berbeda dengan kawasan jalan kaki lainnya yang terkenal di Eropa yang ditengahnya ada jalur mobil karena jalannya memang sangat lebar. Sebagai contoh di Paris ada kawasan jalan kaki yang terkenal, yaitu Champs Elysees yang ujung satunya adalah Arc de Triomphe, sedangkan ujung yang lainnya adalah Place de La Concorde yang kalau diteruskan akan menuju ke Piramid kaca di museum Louvre. Ini kawasan yang sangat panjang dengan trotoar yang sangat lebar di kiri kanannya. Saya kira jalan Braga tidak mungkin meniru kawasan Champs Elysees karena terlalu sempit. Kalaupun mau, mungkin Jalan Dago bisa, asal tidak ada parkir di setiap toko dan halaman parkir di semua toko dijadikan trotoar jalan kaki yang lebar. Terlalu rumit implementasinya!

Terus terang saya memimpikan jalan Braga kita disulap jadi seperti area jalan kaki Munich seperti foto di atas, mulai dari persimpangan J. Suniaraja sampai persimpangan Asia Afrika. Kita tutup jalur mobil di jalan Braga dan kembalikan ke suasana Eropa yang sesungguhnya, sehingga julukan Paris van Java menjadi pantas untuk disandang kota Bandung sepanjang masa, bukan sekedar masa lalu saja. Kalau kita bisa menyedot orang Jakarta setiap weekend ke Bandung, mengapa kita tidak mulai memikirkan untuk menyedot orang Singapura atau Malaysia ke Bandung setiap weekend?

braga.jpg

Suasana Jalan Braga, Bandung

Memang banyak hal yang akan menjadi kendala, seperti peningkatan jumlah kendaraan pendatang dan parkir. Saya kira kalau kita punya keinginan yang kuat, banyak alternatif solusi berani yang bisa kita tempuh, misalnya penataan angkot secara serius dan pelarangan parkir di tempat -tempat yang mengganggu. Deskripsi lengkap pemikiran solusi kemacetan weekend ini akan saya post pada tulisan lainnya.

Banyak perubahan yang dimulai dari ‘mimpi’. Nah, mudah-mudahan ini merupakan mimpi indah yang bisa kita pertimbangkan untuk dikaji kemungkinannya. Yang pasti, kalau tidak pernah bermimpi, sudah pasti tidak akan berubah.
Bagaimana menurut anda?

Salam
– Arry Akhmad Arman –

Bandung BERMARTABAT ???

Mungkin sebagian besar orang Bandung tahu, bahwa slogan kota Bandung adalah “Bandung BERMARTABAT”, singkatan dari BESIH-MAKMUR-TAAT-BERSAHABAT. Saya mencoba mencari pemahaman slogan tersebut, khususnya makna TAAT disini adalah apa? Berdasarkan informasi yang saya baca dari situs resmi kota Bandung (www.bandung.go.id), disitu dijelaskan bahwa “Kota Bandung sebagai kota jasa harus memiliki warga yang taat terhadap agama, hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan untuk menjaga keamanan, kenyamanan dan ketertiban kota“.

bermartabat.jpg

Slogan “Bandung Bermartabat”
dan angkot tanpa plat nomor

Ada dua hal yang saya pikirkan mengenai taat ini:

1. Apakah warga Bandung adalah warga yang taat?
Rasanya terlalu banyak realita yang mudah terlihat oleh mata yang memperlihatkan ketidaktaatan warga Bandung sesuai dengan pengertian di atas. Masih banyak warga Bandung yang menunggu angkot tepat di tiang rambu S-Coret. Masih banyak warga Bandung yang parkir di rambu P-coret. Masih banyak orang yang mencari nafkah sampai tidak sempat shalat Jum’at. Masih banyak rumah berdiri tanpa IMB. Masih banyak kaki lima dimana-mana. Masih banyak  tawaran dari oknum-oknum untuk  mengubah hal yang tidak boleh menjadi boleh.

2. Sejauh mana pemerintah sudah melakukan berbagai hal untuk menjaga dan meningkatkan ketaatan di masyarakat?
Mungkin sudah banyak hal yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki hal tersebut yang tidak terlihat oleh kita semua. Tetapi, di lain pihak, masih terlalu banyak hal-hal yang sangat nyata di atas yang kelihatannya masih diabaikan.

Jadi, masih pantaskah slogan tersebut?

– Arry Akhmad Arman –

Tahukah anda, di kota-kota besar Cina tidak ada motor!

Tahun 2007 yang lalu saya mempunyai kesempatan untuk pergi ke Cina. Mengingat populernya istilah ‘mocin’ (baca: motor Cina) di Indonesia serta Cina sebagai negara berpenduduk terbesar di dunia, saya membayangkan betapa semrawutnya kota-kota Cina dengan motor cina. Ternyata, begitu tiba di Beijing, saya kaget; saya hampir tidak menemukan motor di jalan-jalan di kota Beijing. Ada satu dua, tapi hanya motor yang dirancang khusus untuk membawa barang (mirip motor untuk delivery McD atau Pizza Hut). Motor untuk transportasi manusia tidak ada sama sekali. Kalau sepeda, jangan ditanya, Beijing ramai dengan sepeda.

sepeda.jpg

Saya akhirnya tanya kepada guide yang menyertai kami. Ternyata memang sudah bertahun-tahun motor dilarang digunakan di kota-kota besar di Cina. Apa alasannya? Persis seperti di kita, motor terlalu banyak, dan perilaku pengendaranya sulit diatur. Persis seperti yang dikemukakan sdr Yulia dalam salah satu komentar di blog ini yang mengatakan bahwa angkot adalah ratu jalanan, dan motor adalah rajanya. Sepeda tetap diijinkan di kota-kota besar Cina, karena secara teknis tidak terlalu mengganggu seperti motor karena sepeda tidak bisa bergerak cepat. Lagi pula sepeda adalah salah satu budaya dan ciri khas Cina. Bahkan pengendara sepeda mendapat hak yang istimewa, hampir semua jalan sampai jalan di luar kota dilengkapi jalur khusus untuk sepeda. Saya mengunjungi 2 kota di Cina: Beijing dan Shenzhen. Di kedua kota tersebut motor dilarang.

Kembali lagi ke kota Bandung. Kalau melihat kredit motor sekarang sampai ditawarkan dengan sangat mudah, berarti pertumbuhan jumlah motor akan naik terus dengan drastis. Bahkan kalau shalat Jumat di Mesjid Salman, ada pasar kaget disana yang diantaranya ada yang menawarkan kredit motor. Motornya ada disitu dalam mobil pickup. Transaksi di tempat, pergi naik angkot pulang bisa naik motor kreditan.Luar biasa!

Bayangkan beberapa tahun lagi, jumlah motor mungkin 5 kali lipat dari sekarang? Apakah tidak tambah pusing?
So, bagaimana menurut anda??? Apakah kita perlu meniru Cina untuk melarang motor di kota Bandung?

– Arry Akhmad Arman –

Hak Pejalan Kaki di Bandung Diabaikan!

Jika kita berkunjung ke kota-kota besar di dunia, maka salah satu ciri yang menarik dan membuat nyaman untuk pendatang adalah kenyamanan berjalan kaki menikmati suasana serta keindahan kota tersebut. Keadaan tersebut tidak akan pernah anda jumpai di Bandung. Jangankan nyaman, berjalan kaki di Bandung cenderung berbahaya, bisa masuk lobang, tergelincir ke selokan, bahkan bisa keserempet mobil atau motor karena kita terpaksa harus berjalan di badan jalan. Foto-foto berikut memperlihatkan sebagian kondisi trotoar kota Bandung di daerah yang termasuk daerah terbaik di kota Bandung, yaitu sekitar ujung bawah jalan Dago dan jalan Merdeka.

_mg_4829.jpg

Kondisi trotoar di jalan Merdeka, seberang Toko Buku Gramedia. Pejalan kaki terpaksa harus berjalan di badan jalan, menentang arus lalu lintas, luar biasa!

 

 

 

_mg_4839.jpg

Ini trotoar di sekitar ujung bawah jalan dago, posisi berjalan menghadap ke utara. Banyak penghalang yang dipasang oleh pemilik bangunan di sekitarnya untuk mencegah hadirnya kaki lima. Salah siapa??? Pemerintah tidak pernah bisa menertibkan kaki lima!

 

 

 

_mg_4843.jpg

Nah, yang ini lebih gila lagi! (baca: leuwih edan deui wae!). Ini kondisi di depan Hotel Holiday-Inn Bandung. Tanpa menghiraukan keselamatan pejalan kaki, Hotel dengan seenaknya membuat penghalang yang membuat trotoar di depan Hotel tidak dapat dilalui pejalan kaki sama sekali. Gila!!!! Menariknya, tidak pernah ada yang peduli dengan kondisi ini!

 

Menyedihkan jadi orang kecil yang harus berjalan kaki ke mana-mana di Bandung. Setiap saat, maut mengintai kita.

Saya menemukan tulisan lain yang menarik tentang kondisi trotoar di Kota Bandung disini.

Salam,
Arry Akhmad Arman

 

Jalan Pahlawan, contoh segmen infrastruktur bagus yang tidak dimanfaatkan!

Jalan Pahlawan di kota Bandung adalah jalan yang unik dan menarik. Jalan ini terdiri dari 3 jalur menuju Taman Makam Pahlawan. Dari ujung persimpangan dengan jalan Surapati, kita bisa memandang lurus ke tugu di Taman Makan Pahlawan dengan memandang deretan pohon-pohon cemara yang berjejer rapih. Jika cuaca sedang bagus, kita bisa melihat pemandangan indah bukit-bukit di Bandung utara sebagai background dari tugu di makam tersebut.

Jalan ini terdiri dari 3 jalur dan cukup lebar. Bahkan jalur lambat di kedua sisinyapun cukup leluasa untuk dilalui dua mobil bersimpangan dari arah yang berlawanan. Faktanya, kita sering kesal kalau naik mobil melalui jalan utamanya (tengah). Mengapa? Angkot berhenti seenaknya di jalur tengah. Penumpang angkot juga direpotkan untuk berjalan jauh menyebrangi jalur lambat dan trotoar tengah yang lebar untuk sampai ke jalur utamanya (lihat foto, seorang ibu harus berjalan sampai ke trotoar jalur tengah untuk menanti angkot, bahkan harus melocati selokan kecil di tepi trotoar). Baik untuk naik maupun untuk turun angkot. Sementara itu, jalur lambat di kiri kanan, kosong tidak digunakan. Bahkan sudah menjadi tempat parkir yang nyaman dan tidak terganggu. Mari perhatikan foto-foto berikut.

 

img_3329.jpg

 

pic00064.jpg

 

Aneh bin ajaib! Ko, tidak pernah terpikirkan untuk menata segmen jalan ini. Menurut saya, jika angkot diharuskan melalui jalur lambat di kiri dan kanan, akan menguntungkan berbagai pihak. Penumpang angkot pun tidak perlu repot-repot ke jalur tengah. Jalur utama juga akan menjadi lancar karena tidak ada angkot. Jalur lambat juga tidak akan berkembang menjadi lahan parkir seenaknya yang nantinya jadi sulit menertibkannya. Yang pasti, untuk melakukan ini hampir tidak ada biaya yang harus dikeluarkan, cukup pasang beberapa rambu saja.

Salam,
Arry Akhmad Arman