DRP/DRC Harus Dilakukan Berkesinambungan

DRP (Disaster Recovery Plan) dan DRC (Disaster Recovery Center) sudah bukan hal yang baru lagi di dunia IT, termasuk di Indonesia. Bahkah sudah cukup lama Bank Indonesia mensyaratkan seluruh Bank supaya memiliki DRP/DRC. Ada dua kelemahan perencanaan dan implementasi DRP/DRC, khususnya di Indonesia. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.

1. DRP/DRC masih dianggap sebagai suatu kelengkapan yang dilakukan hanya sekali saja. Banyak perusahaan yang merasa tenang setelah memiliki DRP/DRC, tidak pernah mereviewnya lagi selama bertahun-tahun. Perlu diingat bahwa perancangan DRP/DRC dimulai dengan mengidentifikasikan risk dan secara bertahap memprediksi dampaknya terhadap bisnis. Berdasrkan itulah muncul daftar prioritas yang harus diantisipasi kejadiannya dan dipersiapkan langkah penaggulangannya jika ancaman yang dikhawatirkan tersebut terjadi. Banyak perusahaan tidak menyadari (atau tidak mau tahu) bahwa di sisi penyebab, ‘bentuk-bentuk ancaman baru bermunculan‘ . Di ujung yang lain, ‘tuntutan bisnis bisa berubah‘, yang tadinya Internet Banking tidak dianggap krusial, menjadi krusial karena semakin banyak nasabah pengguna Internet Banking. Tentunya dinamika ini akan mengubah daftar ancaman serta skala prioritasnya. Sudah barang tentu, sebagai akibatnya DRP/DRC yang sudah disusun harus disesuaikan dengan perubahan tersebut. Bayangkan, apakah DRP/DRC yang sudah bertahun-tahun tidak pernah direview dan disesuaikan akan masih efektif?

2. DRP/DRC tidak diuji dengan memadai. Tidak sedikit perusahaan yang sudah memiliki DRP/DRC melakukan pengujian yang terbatas, pada kondisi yang sudah dipersiapkan, dan tidak dilakukan pada kondisi pengujian yang mendekati keadaan disaster yang sebenarnya. Pada keadaan disaster, semua orang berada dalam keadaan panik dan tidak semua resources tersedia seperti dalam keadaan normal, sehingga latihan yang dipersiapkan secara khusus mungkin tidak cukup mewakili atau mendekati keadaan disaster tersebut. Perlu sedikit keberanian untuk menguji DRP/DRC kita pada keadaan operasi normal. Jika tidak berani, bukankah itu menandakan bahwa kita ragu dengan kinerja dan kehandalan DRP/DRC kita?

Inspirasi dan sebagian pemikiran ini merupakan hasil pemikiran bersama saya dan rekan-rekan, terutama Dr. Dimitri Mahayan dan Dr. Budi Rahardjo berdasarkan interaksi yang berkepanjangan dengan berbagai industri di Indonesia, serta didukung oleh hasil survey Sharing Vision (www.sharingvision.biz).

– Arry Akhmad Arman –

Iklan

Sudah 2 minggu Internet Banking Niaga belum pulih juga!

Sampai hari ini, sudah lebih dari 2 minggu Internet Banking-nya Bank Niaga belum pulih, hanya bisa cek saldo saja. Ada hal-hal yang harus dilakukan oleh nasabahnya dalam dua minggu ini: mengisi CIF, membuat pertanyaan pribadi yang akan ditanyakan setiap kali LOGIN ke Internet Banking Niaga. Saya pikir, setelah hal ini dilakukan, layanannya akan dipulihkan; Ternyata BELUM JUGA!

So, tambah repot dengan menjawab pertanyaan yang kita buat sendiri setiap kalo kita login, tapi perbaikan layanan tidak kunjung tiba juga. Menyedihkannya, saya coba kontak orang-orang yang saya kenal, tidak bisa jawab juga, kapan Internet Banking Bank Niaga akan pulih lagi.

Saya pikir, sebagian layanan dapat tetap dihidupkan tanpa resiko keamanan yang tinggi, misalnya transfer dana antar rekening sendiri. Harusnya Niaga punya target, kapan layanan tersebut akan hidup lagi?!

Selama ini, layanan Internet Banking Niaga sudah banyak bantu saya untuk mempermudah berbagai pembayaran serta manajemen keuangan saya. Tetapi sudah dua minggu ini macet, dan celakanya tidak keluar jawaban, berapa lama lagi harus menunggu??!! Karena ketidakjelasan ini, hari terpaksa, saya memparkir 2 account saya ke posisi saldo monimum, dan mentransfer dananya ke Bank lain. Ketika di Bank Niaga tadi siang, saya membaca pigura besar bertuliskan “Bank dengan Layanan Terbaik 2007“. Luar biasa, sebuah bank dengan predikat layanan terbaik, bisa membiarkan nasabahnya dengan pertanyaan yang tidak terjawab! Saya sungguh prihatin.

Dipikir-pikir, mungkin ada hikmahnya juga. Kejadian ini menyadarkan saya bahwa sebagian besar saham Bank ini sudah bukan milik Indonesia. Majunya bank ini akan dinikmati oleh bangsa lain. Ya….., mungkin memang harus dipindahkan ke Bank pemerintah, ha..3x.

Saya berharap, semoga layanan tersebut segera pulih. Saya masih menyisakan sedikit dana saya di Niaga! Semoga tidak sampai harus saya OFF-kan semua account saya disana.

– Arry Akhmad Arman –