Rambu S-Coret sama dengan tempat berhenti?

Silakan perhatikan foto berikut ini.

Sekumpulan anak sekolah menunggu angkot di plang S-Coret di sekitar Simpang Dago

Saya cukup yakin mengatakan, kalau kita tanya anak-anak sekolah itu satu persatu, kemungkinan besar mereka paham arti rambu S-Coret, yaitu DILARANG BERHENTI. Tapi faktanya, semua orang tidak pernah sadar bahwa mereka menunggu di tempat yang salah. Memang menyedihkan, begitu banyak pelanggaran hukum di negara ini yang sudah menjadi keseharian kita, sehingga orang-orang tidak sadar BENAR dan SALAH yang sebenarnya itu yang mana? Secara tidak sadar, anak-anak tersebut kelak bisa menjadi orang yang mungkin tidak takut lagi melanggar hukum, karena sejak anak-anak sampai dewasa terbiasa melihat lingkungan yang penuh dengan pelanggaran yang dibiarkan.

Kalau anda berada di sekitar kampus ITB, silakan perhatikan mahasiswa-mahasiswa yang konon putra terbaik bangsa ini dengan santainya menunggu angkot persis di rambut S-Coret. Jadi yang benar, apa makna S-Coret? Tempat berhenti atau Tanda Dilarang Berhenti? Bagaimana menurut anda?

– Arry Akhmad Arman –

Iklan

Fungsi “Halte Bis” di Bandung Tidak Dijaga!

Salah satu masalah semrawutnya angkot di kota Bandung adalah tidak adanya halte atau tempat berhenti untuk menaikan atau menurunkan penumpang. Namun, paling tidak, kalau kita perhatikan, di Bandung ini ada rambu-rambu tempat berhenti untuk bis kota. Nah, kalau kita perhatikan lokasi-lokasi halte bis kota tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada “niat” dari Pemkot Bandung untuk memelihara agar fungsinya berjalan seperti seharusnya.

Saya kadang bingung, yang dipikirkan oleh para pengelola kota ini adalah solusi-solusi canggih yang hebat, perlu effort besar untuk implementasinya, perlu biaya besar untuk mewujudkannya, tapi MENGABAIKAN HAL-HAL DI DEPAN MATA yang seharusnya dibereskan.

Salah satu hal yang tidak mendapat perhatian serius adalah pemeliharaan fungsi HALTE BIS. Hampir semua halte bis di Bandung telah terganggu, bahkan berubah fungsi sedemikian rupa sehingga tidak dapat digunakan sesuai fungsi yang diinginkannya. Silakan perhatikan dua foto berikut.

halteu01_small.jpg

Halte bis berubah menjadi pangkalan taksi! Masih bisakah bis berhenti disini?

 

halteu02_small.jpg
Jualan tepat di halte bis. Masih bisakah bis berhenti disini?

Sulitkah menertibkan hal tersebut? Sulit mana dengan membuat jalan layang? Sama seperti urusan kaki lima, alasan yang saya dengar selalu “kurangnya jumlah personil dan jumlah biaya operasi” untuk menertibkannya. Maaf saja, menurut saya itu alasan yang keluar dari orang yang tidak kreatif! Bahkan stupid! Masih banyak cara untuk menertibkan dengan effort yang tidak terlalu besar. Lakukan saja patroli secara kontinyu tapi random. Dan pikirkan satu hukuman yang merepotkan, tapi mendidik. Saya kira 4 mobil patroli yang jalan secara random ke berbagai tempat di Bandung cukup membuat pelaku pelanggaran ketar-ketir juga!

Bagaimana menurut anda?

– Arry Akhmad Arman –