Ini adalah salah satu tempat berhenti bis/angkot di jalan Dago (salah satu jalan utama di Bandung). Lihatlah suasananya seperti apa? Taksi, parkir mobil pribadi, motor, kios pulsa….. Tidak mungkin polisi tidak melihat! Walikota sadar engga ya? Wah, saya tidak bisa berkomentar lagi deh! Bagaimana menurut anda?
Depan Gelael yah ? Halte yang berubah fungsi 😛
Meskipun parah… saya tetep merasa betah kalau di Bandung lho Pak. Perasaan teh tenang.
Kmana-mana deket, apa-apa murah, sana-sini indah…
Terima kasih pak Arry, memuat Bandung dalam blog jadi saya bisa tau kabar (gambar2) terbarunya. Bagus2nya juga kalo ada dituliskan pak. Intinya mah pengen tau kabar tentang Bandung…
*apakah anda tidak curiga bahwa Bandung nanti akan ditambahi 1 orang pendatang lagi? ;D Maafkan aku, Bandung. Sudah kadung kesengsem..
wah, di bandung ada yg seperti itu ya? di surabaya ada nggak ya.
Jawabannya ya bis/angkot brenti di jalan itu juga, sehingga kemudian antrian mobil lain memanjang ke utara sampai ke perempatan sulanjana-dago.
Mungkin halte-nya memang multi-fungsi atau di-program sebagai multi-tasking …
Sepertinya saya tau tempat itu …
Iya ya pak … gimana bisa berhenti ya .. hawong banyak mobil yang parkir disitu ???
Kang Arry,
Coba lihat di pertigaan jl A yani-Suci Cicaheum, pertigaan itu jadi terminal bayangan bus-bus Garut/Tasik.
Mestinya di situ bis-bis nggak boleh berhenti/ngetem, biar lalu lintas lancar.
Di situ sekarang ada rambu dilarang parkir (padahal dulu nggak ada), kayaknya biar nggak diprotes.
Khan yang dilarang parkir, bukan berhenti.
Kalau hanya berhenti beberapa lama (ngetem) nggak apa-apa.
Pak Arry, terima kasih ya bikin blog yang spt ini, meski mungkin gak bisa mengubah keadaan karena sopir angkot dll gak akan baca blog ini (toh meski halte gak diisi, angkot dall sudah biasa berhenti semaunya, dan biasanya ada aja yang melegitimasi keboborkan dibalik mencari sesuap nasi), setidaknya mengingatkan kita yang lain, termasuk yang ada di gambar tsb yang bukan angkot, dan yang masih mau sadar tentang ketertiban, kebaikan, disiplin, menghargai hak orang lain, termasuk menghemat bahan bakar (jika lalin tidak dibuat macet). Mudah2an kesadaran akan tumbuh meski perlahan, dan mudah2an sebelum benar2 terlambat (sebelum bangsa kita makin rusak dan akhirnya punah sendiri), sehingga ada waktu dan kesempatan kedua untuk mengembalikan bangsa ini ke peradaban.
mas arry kalo bisa kita pernbanyak photo-photo lapangan atau hal-hal yang mungkin tidak bisa secara langsung dilihat pak wali kota atau para kepala dinas tentang kondisi betapa semrautnya kondisi kota bandung tercinta ini. Saya juga terinspirasi untuk mempublikasikan berbagai sudut kota yang semrawut biar pemerintah kota segera menanganinya dengan cepat.
Wah ngga d Bandung, d Surabaya semua sama aja ni… 😦
Nggak hanya sopir angkotnya aja si yang salah, penumpangnya jg males nunggu di halte n memberhentikan angkot d sembarang tempat, trus membela diri dg alasan kuno “jauh”, “nggak praktis”, “nggak ada waktu”… males banget si…
Conto dong org2 luar negri yg meski sibuk tetep jalan n nunggu d halte…
Dan yg lebih parah, ni polisi pada ke mana semua si? :p
disiplin peyeum,harus dirotan baru paham.