9 komentar di “Andai Tak Ada Papan-Papan Iklan Raksasa Itu….”
Saya setuju banget dengan pendapat pak arry, kalau tak ada papan-papan iklan raksasa itu pasti terlihat indah dan asri…gimana nih pemerintah kota bandung ? kok cuma kejar setoran lewat iklan doang ?
Nanti saya robohkan kalau saya jadi walikota pak! Ha-ha-ha….., dalam republik mimpi atau kota mimpi ….
Lebar papannya 2 x tinggi mobil? *sepertinya..
pemkot bandung waduk, dinas pertamanan waduk…
Btw ini di dago belah mana pak Arry? Baru nya’?
Ini Dago dari arah simpang ke Selatan, tak jauh dari Simpang. Setelah Boromeus masih ada lagi dengan ukuran yang sama, lalu setelah lewat kolong jembatan layang ada lagi, di Dago bawah ada lagi, masuk jalan Merdeka, sekitar BIP ada lagi, dan seterusnya ….. Ha-ha-ha….
Saya membayangkan pembatas yang memisahkan kedua jalan di Dago itu terdapat pohon-pohon palem yang berjejer rapi. Hmm … sejuk dan indah pasti …
Saya membayangkan di tengah jalan Dago sampai hampir ujung Merdeka, belok kanan ke BI, lalu belok kiri persis di BI, lurus sampai ujung jalan Braga (Gedung Merdeka), ada trem antik, mirip Cable Car di San Francisco. Hanya jalur itu saja, supaya Bandung punya ciri khas, tetapi tidak menghilangkan rejeki sopir angkot. http://jelajahdunia.wordpress.com/2008/03/24/san-francisco-kota-pantai-yang-sejuk-dan-berbukit/
Dulu saya membanggakan jalan Pasteur kepada teman2 saya dari luar kota sebagai Beverly Hills-nya Bandung, tapi sekarang sudah gak puguh. Bandung sudah banyak “bad monster” berupa bangunan atau papan iklan yang melanggar keindahan kota ini. (Toni)
Wah jadi teringat foto-foto yang masih saya cari…. Saya pernah menyimpan foto-foto lama jalan Pasteur dengan deretal pohon palm nya tanpa ada jembatan layang, tapi masih saya obrak-abrik arsip dijital saya belum ketemu juga…..
jadi kangen jalan dago mid 80 an Pak…. masih adem dan sering berkabut kalo pagi… enak buat sepeda an…. sekarang ngeri naik sepeda menyusuri jalan itu Pak…. reklamenya dah merambah sampai atas simpang…. moga2 jl Cigadung gak begitu ya nasibnya ke depan….biar tetep ada yg adhem…
Dago dan Cipaganti adalah harta berharga kota Bandung yang dibiarkan lenyap nuansa kesejukkannya. Semuanya demi mewujudkan Bandung sebagai kota jasa dan mitra ibukota.
Selain papan iklan raksasa itu, sejumlah megatron saya lihat juga mulai nangkring di beberapa sudut kota. Buat fasilitas nonton bareng Persib meureun pak 😀
Setahu saya ada SK Pemkot yang menyatakan beberapa jalan di Bandung steril dari iklan luar ruang, salah satunya Jalan Dago itu. Tapi nyatanya? Papan iklan bertaburan di jalan Dago. Gemerincing uang lebih nyaring daripada aturan.
Saya setuju banget dengan pendapat pak arry, kalau tak ada papan-papan iklan raksasa itu pasti terlihat indah dan asri…gimana nih pemerintah kota bandung ? kok cuma kejar setoran lewat iklan doang ?
Lebar papannya 2 x tinggi mobil? *sepertinya..
pemkot bandung waduk, dinas pertamanan waduk…
Btw ini di dago belah mana pak Arry? Baru nya’?
Saya membayangkan pembatas yang memisahkan kedua jalan di Dago itu terdapat pohon-pohon palem yang berjejer rapi. Hmm … sejuk dan indah pasti …
Dulu saya membanggakan jalan Pasteur kepada teman2 saya dari luar kota sebagai Beverly Hills-nya Bandung, tapi sekarang sudah gak puguh. Bandung sudah banyak “bad monster” berupa bangunan atau papan iklan yang melanggar keindahan kota ini. (Toni)
jadi kangen jalan dago mid 80 an Pak…. masih adem dan sering berkabut kalo pagi… enak buat sepeda an…. sekarang ngeri naik sepeda menyusuri jalan itu Pak…. reklamenya dah merambah sampai atas simpang…. moga2 jl Cigadung gak begitu ya nasibnya ke depan….biar tetep ada yg adhem…
kalo maju jadi cawali Bandung kabar-kabar ya Pak…:)
Dago dan Cipaganti adalah harta berharga kota Bandung yang dibiarkan lenyap nuansa kesejukkannya. Semuanya demi mewujudkan Bandung sebagai kota jasa dan mitra ibukota.
Selain papan iklan raksasa itu, sejumlah megatron saya lihat juga mulai nangkring di beberapa sudut kota. Buat fasilitas nonton bareng Persib meureun pak 😀
Setahu saya ada SK Pemkot yang menyatakan beberapa jalan di Bandung steril dari iklan luar ruang, salah satunya Jalan Dago itu. Tapi nyatanya? Papan iklan bertaburan di jalan Dago. Gemerincing uang lebih nyaring daripada aturan.
hehheheee,,tapi itu kan salah satu sumber dana kota bandung juga