Saya Khawatir dengan Program ‘Jabar Provinsi Cyber 2012’

Belajar dari beberapa kasus dan perbicangan hangat di masyarakat tentang situs-situs porno, film fitna, hacking ke situs-situs pemerintah, dan sebagainya, jujur saja, ada suatu kekhawatiran ketika membaca berita ‘Kesepakatan antara PT. Telkom dan Pemprov Jawa Barat’ dalam rangka menuju Jawa Barat sebagai Provinsi Cyber 2012.

Dari satu sisi tentunya kita harus bersyukur dan berterima kasih kepada PT. Telkom, tetapi belajar dari kasus-kasus sebelumnya, saya khawatir pemerintah tidak menyiapkan program-program kerja yang selaras dengan Jabar Cyber 2012 tersebut. Menurut saya ada tiga hal yang HARUS dilakukan pemerintah:

  1. Menyiapkan program-program yang secara efektif akan menarik manfaat yang sebesar-besarnya dari peningkatan infrastruktur dalam Jabar Cyber 2012 tersebut.
  2. Menyiapkan program-program yang secara efektif membina masyarakat juga aparat pemerintah (semua kalangan, semua lokasi, terutama di kota-kota kecil dan di desa-desa), antisipasi hacking, kejahatan dunia maya, dan sebagainya.
  3. Menjalankan Risk Management dengan memprioritaskan langkah preventif untuk mencegah berbagai kemungkinan negatif.

Itu saja menurut saya, jangan sampai infrastruktur Internet meningkat, tapi malah jadi boomerang buat kita semua!

Bagaimana menurut anda???

Iklan

7 komentar di “Saya Khawatir dengan Program ‘Jabar Provinsi Cyber 2012’

  1. Ping balik: ICT dan Kultur Pendidikan Kita (1) « Tamim’s

  2. Saya juga khawatir pak. Mengingat program2 seperti ini di banyak lingkungan pemerintahan2 daerah, nyatanya sekrg jarang terdengar lagi.

    Menurut saya, sebelum menentukan sebuah teknologi apa yg akan dipakai, kita harus breakdown dulu semuanya berdasarkan tujuannya (kl kt pak lex sih tujuannya “kami ingin meningkatkan kualitas pelayanan publik agar semakin efisien dan efektif”).

    So yg pertama harus di-maintain adalah diefisienkan orang-2nya dan tentu prosedur2 yang ada saat ini agar lebih efektif. Bagaimana caranya agar kedua hal tersebut bisa membuat pelayanan semakin efisien dan efektif.

    Kalau dimulainya dari jargon ‘Jabar Provinsi Cyber 2012′ dahulu, mungkin nasibnya akan seperti program2 semacam ini yg pernah dilakukan. mungkin hanya menjadi ajang proyek instalasi perangkat2 IT saja….dan bbrp tahun kemudian, kembali ke cara lama…

    Ya, saya setuju……
    Kembali ke cara lama sebetulnya masih untung, paling-paling cemoohan saja yang kita sampaikan ke pihak yang merencanakan ini. Yang lebih saya khawatirkan adalah dampak-dampak negatif yang tidak diantisipasi dari awal…..

  3. seperti apa itu pak?

    Contohnya, hal yang sangat klasik: pornografi. Di satu sisi dibangun infrastruktur yang selain menghubungkan antar instansi, juga koneksi ke internet supaya bisa diakses publik layanananny dan bisa berkomunikasi dengan masyarakat. Pegawai yang tidak siap, begitu ada internet dihadapannya, mungkin yang terpikir adalah mencari foto artis idamannya, lama-lama bergeser ke……. yang akhirnya bisa kontra produktif dan merusak moral. Itu yang terjadi di masyarakat Internet Indonesia. Pemerintah lupa memikirkan hal itu. Yang dilakukan adalah dengan semangat 45 membangun infrastruktur! Thats all! begitu ada maslaah, mulailah solusi dadakan yang bikin heboh!

  4. Salam.
    Pa Kabar Pak Arry…..
    Menarik memang kalo mau dipelajari secara seksama, apalagi di dunia IT yang notabene sangat cepat berkembang dan makin masuk menukik dalam relung2 kehidupan serta semakin terasa dampak yang diakibatkannya, Kayaknya kita boleh dech melihat secara umum proses perencanaan, perancangan, implementasi, evaluasi dari hampir semua aspek yanga ada di ‘Negara kita tercinta ini’, dari mulai pembuatan gorong2, saluran air, listrik dll, pengelolaan sampah, pemilu……..dst.
    Pendapat saya untuk bidang IT……
    1. Sejalan memang dengan pendapat pak Arry, tetapi yang perlu digarisbawahi, kadang2 orang baru akan sadar benar tentang apa kesalahan yang dibuatnya atau apa fenomena yang akan dihadapinya setelah sesuatu itu’terjadi’. Istilah spiritualnya, kita ini masih banyak yang ainu al yakin, belum ilma al yakin, jadi kadang bukti empiris hasil riset tidak begitu diperhatikan.
    2. Ilmu2 seperti IT Planning, IT Risk, IT Assesment masih dilihat sebelah mata, minimal untuk dunia praktisi, mereka hanya melihat fenomena sebagai sebuah produk, bukan hasil perencanaan yang panjang, terukur, terkendali dan terencana.
    3. Melihat ‘Kegagalan demi kegagalan’ yang pak arry cermati, sekali lagi menurut saya, kadang2 harus kita juga ungkapkan contoh2 yang ‘mondial’, misalnya matinya sesaat sistem online-ticketing Qantas, atau jebolnya (sesaat)situs besar sekelas Australian National Bank, atau juga fallacies dan IT crash2 yang lain kepada ‘para-para’ pemain dan pembuat keputusan iitu.
    4. Semoga, kita mampu ‘mengawal’ dengan baik slogan itu agar bisa sesuai dengan harapan, walaupun saya setuju dengan pendapat seorang rekan saya bahwa hampir semua kebijakan itu dilatarbelakangi oleh keinginan membuat project, pengadaan dll, UUD katanya ujung-ujungnya duit.
    5, Saya membayangkan, betapa indahnya kalo ‘institusi pendidikan’ juga mampu berperan lebih bukan sekedar sebagai kontraktor, konsultan (ups, maaf kebablasan) tetapi juga ‘penjamin kualitas’, ‘pemberi informasi yang seimbang’ tentang IT, IT Risk maupun Manajemen IT secara menyeluruh.
    Bagaimana Pak………
    -Peace-

  5. Ikutan komentar lagi, melengkapi yang sudah ada…

    Saya setuju dengan mo_cab bahwa yang perlu dibenahi lebih dulu adalah SDMnya. Menurut data tahun 2005, sebagian besar SDM yang menjadi pengelola SITEL (Sistem Informasi dan Telematika) di seluruh SKPD yang ada di Jawa Barat hanya menguasai pengoperasian komputer dan penggunaan program aplikasi saja.

    Itu berarti peran mereka baru sebatas sebagai user, belum jadi pengelola. Ketergantungan pada developer akan menjadi sangat tinggi. Potensi kegagalan akan sangat besar jika developer tersebut, meminjam istilah Aa, hanya berorientasi pada teknologi bukan pada bisnisnya (government).

    Untuk itu, cetak biru yang akan dibuat PT. Telkom harus mau direview oleh tim dari Bappeda, Biro Pengendalian Program dan Bawasda. Ini untuk menjaga supaya program-program yang nanti akan dilaksanakan oleh SKPD sebagai implementasi dari cetak biru tsb. adalah “program yang sebenar-benarnya”.

    Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah sosialisasi, penjelasan, dan edukasi mengapa Jabar harus jadi Provinsi Cyber di tahun 2012. Ini untuk mengubah mindset dan budaya kerja semua pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada, mulai dari pimpinan puncak sampai masyarakat.

    Akan sangat bagus jika semua yang sudah direncanakan itu mempunyai payung hukum, apakah dalam bentuk peraturan daerah maupun SK Gunernur.

    Salam,
    TS
    http://totosuharto.wordpress.com/

  6. Mengatasi hacker dan kejahatan dunia maya lainnya??
    Hmm.. sepertinya memang sudah banyak dibutuhkan cyber cop pak, sudah saatnya TNI dan Polisi melek dan ahli teknologi. Memang sebaiknya departemen hankam itu pemegang teknologi paling canggih, seperti ketika internet adalah hasil dari riset dari DoD nya Amerika.

  7. segala sesuatu ada baik dan ada buruknya kok. Sekarang bagaimana kita mengurangi keburukannya dan dapat memaksimalkan kebaikannya..
    salam

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s