Semua Cawalkot Berlomba Mengotori Kota

Menyedihkan jika saat-saat ini jalan-jalan di kota Bandung. Kota yang memang sudah rusak ini ditambah tidak sedap dipandang mata oleh berbagai atribut kampanye yang dipasang seenaknya, tidak memperhatikan keindahan, bahkan mengganggu hak orang lain. Tempel di tembok rumah orang tanpa permisi, bahkan di kompleks rumah saya, calon No. 1 menghiasi sebagian tembok pagar mesjid. Saya perhatikan, semua pasangan calon melakukan cara kampanye yang tidak simpati ini.

Bagaimana mau membangun kota menjadi bersih jika semua calon memulai dengan cara begini? Bagaimana kita mau mengajak kebaikan kepada masyarakat jika kita memberi contoh yang tidak baik?

Buat calon yang perduli dan merasa perbuatan tersebut salah, saya kira masih ada waktu untuk menarik simpati dari masyarakat dengan cara membersihkan semua atribut kampanye yang ditempelkan di tempat-tempat yang tidak tepat dan memohon maaf kepada masyarakat.

Iklan

‘Live’ di TVRI Bandung bersama Ramaditya

Tadi malam, jam 19.30 saya muncul di TVRI Bandung bersama-sama Eko Ramaditya dalam suatu bincang-bincang tentang Teknologi Informasi dan Penggunaannya untuk tunanetra. Siapa Ramaditya? Mungkin banyak yang belum mengenalnya.

Eko Ramaditya adalah seorang sosok anak muda (27 tahun) yang merupakan seorang yang sangat akrab dengan IT, juga seorang blogger, senang bermain musik, karya-karya musiknya sudah sering dipakai sebagai ilustrasi musik dalam Games-Games NINTENDO, dapat mengetik dengan kecepatan 60 kata per menit, cukup sering muncul di TV (termasuk acara Empat Mata), sering mewakili Indonesia dalam forum-forum Internasional, dan satu lagi yang paling penting: Rama adalah seorang tunanetra.

Saya kira ini hal yang luar biasa, prestasinya bukan saja menyamai orang normal, tapi bahkan melebihi orang normal pada umumnya. Dengan bantuan software Screen Reader Bahasa Inggris, Rama (juga tuna netra lainnya) dapat membaca layar (mengetahui apa yang terjadi di layar), sehingga dapat mengoperasikan sendiri komputer, mulai dari menyalakan, menggunakan semua aplikasi, dan akhirnya mematikan.

Saat ini, screen reader tersebut hanya dilengkapi dengan Text to Speech Bahasa Inggris, sehingga setiap kata bahasa Indonesia yang diucapkan akan dilafalkan sebagai kata Bahasa Inggris. Mudah-mudahan dalam waktu tidak terlalu lama, sebuah hasil pekerjaan dari seorang mahasiswa Elektro dapat memecahkan masalah tersebut, sehingga tersedia software Screen Reader Bahasa Indonesia. Pada prinsipnya, screen reader bahasa Indonesia tersebut akan menghubungkan software screen reader komersial terbaik (JAWS) dengan Text to Speech Bahasa Indonesia yang pernah saya buat.

Menarik, menyimak Pro-Kontra Larangan Terbang Garuda

Negara ini memang sedang sakit berat dan mengalami krisis kepercayaan dari rakyatnya sendiri.

Walaupun bentuk-bentuk kekerasan tidak (atau belum) tampak sampai saat ini, tapi saya khawatir hal ini akan mudah sekali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk tujuan yang merugikan kita bersama.
Kehilangan kepercayaan tersebut sudah merambah berbagai sektor, mulai dari (1) kehilangan kepercayaan dari para pemilih dan berbagai pilkada (meningkatnya Golput dan pemilih tidak sah yang bisa mencapai sekitar 40%), (2) kehilangan kepercayaan terhadap penegak hukum, (3) kehilangan kepercayaan dari dunia usaha terhadap penyelenggara infrastruktur (misalnya listrik), (4) kepercayaan terhadap wakil-wakil rakyat yang tidak berpihak ke rakyat, dan banyak lagi hal lainnya.
Pagi ini saya baca detik.com dan tertarik dengan PRO-KONTRA larangan terbang Garuda Indonesia ke Eropa. Sudah cukup lama larangan itu berlaku dan baru saja diperpanjang. Terlepas dari apapun alasan sebenarnya dibalik pelarangan itu, begitu saya coba perhatikan komentar-komnetra PRO-KONTRA-nya, saya berkesimpulan, masyarakat sudah lebih realistis dan objektif dalam berpikir. Nasionalisme sudah tidak penting lagi (ya…. ini salah satu dampak globalisasi dan krisis kepercayaan yang berkepanjangan), yang penting bahwa kita percaya bahwa larangan itu demi keselamatan dan banyaknya kebrengsekan di negeri ini membuat orang mudah ragu akan banyak hal di negeri ini.

Mau baca langsung komentar-komentar PRO-KONTRA-nya? Silakan klik disini.

Sementara, presiden kita bereaksi emosional menghadapi perpanjangan larangan tersebut. Saya kutip dari PIKIRAN RAKYAT, Sabtu 26 Juli 2008:

JAKARTA, (PRLM) – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan tidak akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Eropa, sebelum Uni Eropa (UE) mencabut larangan terbang terhadap maskapai penerbangan Indonesia, khususnya Garuda Indonesia.

“Presiden hanya akan ke negara-negara Uni Eropa dengan pesawat Garuda Indonesia,” ujar Menhub Jusman Syafii Djamal, seusai melaporkan perpanjangan larangan terbang dari UE kepada Presiden SBY di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (25/7).

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Presiden RI, tampaknya bapak harus mulai memikirkan kembali persoalan yang lebih mendasar yang sudah hancur di negera ini, yaitu “MORAL”, dari pada energi disalurkan untuk emosi menghadapi keputusan UE soal Garuda.

Semuanya saya pasrahkan kepada Yang Maha Mengetahui

Sejak dukungan kami hilang sekitar 4.000 dari jumlah awal yang kami setorkan ke KPU (73.000 pada saat penyerahan, disertai bukti tanda terima, dan hanya 69.000 dukungan yang dianggap disetorkan); lalu dipangkas 16.000 oleh KPU tanpa penjelasan yang memuaskan, kami dianggap tidak lolos tahap verifikasi.

Demi menegakkan kebenaran dan memperlihatkan kebrengsekan sistem di negeri ini, kami menempuh jalur hukum untuk memohon keadilan. Setelah dipingpong antara PTUN dan PN, akhirnya, setelah 3 kali tahap mediasi, hari Senin, 21 Juli kemarin, PTUN Bandung menyatakan siap menyidangkan gugatan kami kepada KPU Bandung. Sebagai konsekuensi diterimanya gugatan kami, seharusnya proses Pilwalkot berhenti sampai ada keputusan atau ketetapan hukum yang mengikat. Demi hukum, beranikah PTUN meminta supaya proses Pilwalkot Bandung untuk dihentikan? Di sisi lain, kelihatannya, KPU tidak menghormati proses tersebut (tidak perduli hak kami). Proses Pilwalkot Bandung tampaknya berjalan terus. Sidang pertama baru akan digelar Senin, 28 Juli 2008; sementara pada saat tersebut, masa kampanye sudah setengah jalan. 

Apa makna semua ini ??? Kami ibarat pemain cadangan yang mungkin tidak akan pernah diturunkan ke lapangan, atau mungkin diturunkan ke lapangan pada menit terakhir pertandingan hanya untuk memuaskan penonton!

Dimana keadilan di negeri ini?

Bagi saya, andai Tuhan mentakdirkan saya tetap tidak lolos, secara pribadi, tak ada kesedihan yang berarti buat saya, karena saya tidak mengejar apapun dari pencalonan ini. Saya hanya menawarkan diri untuk berbakti kepada masyarakat kota Bandung, dan kalau itu tidak bisa terjadi karena alasan apapun, saya tinggal kembali kepada rutinitas saya sebelumnya. Insya Allah, saya juga bisa kembali ke kenyamanan saya, bisa kembali ke kehangatan keluarga yang selama ini saya jalani, bisa kembali memperhatikan orang tua yang sudah mulai bertambah usianya….

Namun, ada satu hal yang tetap mengganjal dalam hati kecil saya. Betapa banyak orang yang akan kecewa andai semua perjuangan ini harus berhenti. Sebagian dari simpatisan kami adalah orang-orang yang menaruh harapan besar akan perubahan kota Bandung. Mereka selama ini berjuang bersama-sama tanpa pamrih.

Allah Maha Adil, Maha Tahu, Maha Kuasa, ….. Kita pasrahkan saja kepadaNya.

Ya, Allah jika mereka (yang men-dzalimi kami) benar-benar mendzalimi kami dengan sengaja, demi kebaikan bangsa ini, semoga mereka diberikan balasan yang lebih berat dari yang mereka perbuat. Namun, jika karena keterbatasan kami, ternyata kami tidak bisa memahami kebaikan mereka, angkatlah derajat mereka dan maafkanlah kami karena ketidaktahuan kami. Allah maha mendengar, maha mengampuni, dan maha mengabulkan doa orang-orang yang di-dzalimi.

salah seorang polisi yang mengawal kami sedang membantu
memasangkan ikat kepala kepada seorang simpatisan kami

Simpatisan kami turut mengantar kami ke PTUN

Bangunan itu semakin tinggi…

Beberapa bulan yang lalu saya pernah posting satu tulisan yang berjudul ‘Bukitku, akankah tetap hijau?’. Nah, saat ini sudah terlihat perkembangannya, satu bangunan di bukit itu bergerak semakin tinggi dari hari ke hari, dan saya yakin, pada saatnya nanti, daerah di sekitarnya akan banyak berubah menjadi warna-warni, yaitu bangunan-bangunan pendukung disekitarnya, mobil-mobil yang parkir, restoran, dan sebagainya. Perhatikan satu saluran panjang menuju ke bawah. Saya belum sempat menelusuri ujung dari saluran tersebut dari dekat. Yang pasti di lembah tersebut ada sungai yang masih lumayan bersih airnya dan belum tercemar. Kalau semua kotoran dan limbah dari bangunan bertingkat tersebut dialirkan ke bawah, apa jadinya di bawah sana. Gambaran ini sangat kontras dengan kota lain yang pernah saya posting juga di blog ini, dimana bukit-bukit masih dipertahankan hijau tanpa bagunan (KL, Taipei).

Ya….., sebagai warga hanya bisa nge-blog dan berdo’a, karena di negara ini kita tidak tahu harus kemana lagi mengadukan kepedulian kita terhadap kota yang kita cintai ini. Jika perlu foto versi resolusi tinggi, silakan klik di icon gambar ini: 

Merenungkan makna kemenangan GOLPUT

Dalam beberapa Pilkada di negeri ini, pemilihan telah dimenangkan oleh Golput. Apa maknanya? Artinya lebih banyak masyarakat yang tidak peduli atau sebagai bentuk protes atas ketidakpuasan keadaan, atau juga, semua calon yang ada tidak ada yang diminati oleh masyarakat pemilihnya. Celakanya, fenomena kemenangan Golput ini makin lama makin telak saja rupanya.

Apa jadinya suatu daerah yang dipimpin oleh pimpinan yang tidak diinginkan oleh rakyatnya?

Suatu komunitas atau masyarakat hanya bisa maju kalau pimpinannya disukai, dihormati, bahkan idealnya dicintai oleh masyarakatnya. Sehingga program apapun yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan dukungan penuh dari masyarakat.

Aturan yang berlaku di negeri ini saat ini, jika pemenang tidak mencapai angka 30% dari pemilih yang tidak Golput, maka ada putaran kedua. Saya pikir, mengapa tidak membuat aturan sebagai berikut:

Jika Golput lebih besar dari pemenang, maka harus dilakukan pencalonan ulang! Lalu masuk ke putaran kedua dengan calon yang mungkin berbeda. Rasanya lebih bisa mengakomodasikan keinginan masyarakat pemilihnya.

Bagaimana menurut anda???

Perusahaan harus mulai rajin baca blog dan keluhan customer di Internet

Baca surat pembaca di detik.com tentang layanan Garuda Indonesia yang berjudul “ Status OK Tiket Garuda Bukan Berarti OK Terbang” sangat menarik. Saya kutip sebagian keluhannya:

Saya melakukan chek in Jam 08.45 (belum terlambat) di desk khusus kartu GFF. Pada saat chek in diterima oleh Mbak Gita. Namun, betapa terkejutnya saya karena ternyata pesawat telah penuh dan tidak ada kursi kosong. Padahal di tiket tertera status OK.

Lalu ada beberapa komentar, salah satunya sebagai berikut:

Dewi, Hal ini persis terjadi dengan suami saya. Status ticket OK, dan satu malam sebelum keberangkatan ada petugas Garuda yang menelpon untuk kepastian keberangkatan dan suami saya menjawab bahwa suami saya confirm berangkat. Tetapi aneh bin ajaib waktu akan check in namanya tidak ada. Garuda cukup bertanggung-jawab dan akhirnya suami saya bisa terbang. Tetapi yg saya heran kenapa hal ini bisa terjadi dan ternyata tidak hanya terjadi pada suami saya tetapi pada lebih dari satu penumpang. Ada apa denganmu Garuda???

Komentar-komentar lainnya cukup pedas untuk dibaca, diantaranya ada yang mendukung untuk tetap mendapatkan larangan terbang ke Eropa sebagai pelajaran buat Garuda. Belum ada (baca: mungkin tidak akan ada) komentar dari pihak Garuda soal ini.

So, sekali lagi, menurut saya, perusahaan-perusahaan di Indonesia harus mulai rajin membaca blog serta surat pembaca di media-media online di Internet. Informasi-informasi seperti ini akan menjadi informasi yang menurunkan citra perusahaan dan menjadi informasi gratis yang sangat berharga untuk kompetitor-kompetitor perusahaan kita.

Semoga bermanfaat!

Posting lain yang berhubungan:

Apa yang paling menyebalkan dari angkot Bandung? [3]

Q: Apa yang paling menyebalkan dari angkot Bandung?

A: Ketika kita dikejar waktu, nyetir di suatu jalan dan akan belok kiri; sementara ada tulisan sangat jelas “belok kiri jalan terus”; persis di depan kita adalah angkot yang sedang santai menunggu penumpang dan menghalangi jalan kita untuk jalan terus; lalu kita menekan klakson beberapa kali; tiba-tiba seluruh penumpang angkot memandang kita dengan wajah sinis. Nah lho! Ko jadi gua yang dianggap punya dosa sih?!

Apa yang paling menyebalkan dari angkot Bandung? [2]

Q: Apa yang paling menyebalkan dari angkot Bandung?

A: Ketika dalam antrian lampu merah, angkot berada di posisi paling depan dan kita persis di belakangnya. Lampu sudah hijau, angkot tidak maju juga karena ada calon penumpang yang ingin ditunggunya. Terpaksa kita manyun sambil menyatakan kekesalan. Setelah penumpangnya dapet, angkot segera melabrak lampu hijau yang sedang berubah jadi merah, sementara kita ditinggal di belakang menunggu satu putaran lagi lampu merah menjadi hijau.

Apa yang paling menyebalkan dari angkot Bandung? [1]

Q: Apa yang paling menyebalkan dari angkot Bandung?

A: Ketika saya nyetir mobil di belakang angkot dan segera akan belok kiri; ternyata angkot berhenti menurunkan beberapa penumpang persis di ujung belokan sehingga kita terhalangi; lalu dengan ngedumel kita berusaha belok kanan mau mendahului angkot yang berhenti lama tersebut; pada saat dengan susah payah kita sudah bisa mendahului angkot tersebut dan akan belok kiri, angkot tersebut maju menghalangi jalan kita ke kiri dan melambaikan tangan kepada kita. Grrrrrrr….. wck…. wck….