Luar Biasa! Dari PAN saja 18 Caleg Artis!

Kutipan dari KOMPAS, 20 Agustus 2008

………. sementara DPP PAN akan daftarkan 542 caleg. Dari jumlah itu, separuhnya adalah tokoh masyarakat. Dari kategori tokoh masyarakat ini, asal dari 18 artis. Mereka adalah Wulan Guritno (Jateng III), Marini Zumarnis (Jabar V), Eko Patrio (Jatim VIII), Ikang Fawzi (Banten I), Derry Drajat (Jabar II), Adrian Maulana (Sumbar II), Raslina Rasyidin (Jakarta III), Tito Soemarsono (Jabar VII), Maylaffayza (Banten III), Mandra (Jakarta I), Mara Karma (Riau II), Cahyono (Jatim III), Henidar Amroe (Jateng VII), Eka Sapta (Riau I), Lucky Artadipraja (Jabar V), Intan Sevilla (Jatim V), Poppy Maretha (Lampung I), dan Irene Librawati (Lampung II).

Ayo, mau pilih artis yang mana?

Kalau mau mewakili seniman, apa harus sebanyak itu?
Makin gila saja negara ini?!

GOLPUT ah!

43 komentar di “Luar Biasa! Dari PAN saja 18 Caleg Artis!

  1. jangan GOLPUT Pak, sayang hak suara Bapak….memang PAN mau bikin sinetron ya Pak di gedung DPR, masih ada yang kurang Pak…..Raam Punjabi ko belum terdaftar jadi CALEG yaa….

  2. wow, luar biasa. tp mungkin emang bisa dapet suara kalo ngusung artis pak. Soalnya masyarakat kan dah kenal, dan cenderung untuk memilih yang dikenalnya, walopun entah tahu atau tidak kemampuannya gimana. mungkin PAN mau nerusin sukses kaya pilihan gubernur jabar kemarin, yg menang dede yusuf. hehe…
    -13205187-

  3. mau dibawa kemana negara nih, bagaimana dengan regenerasi bangsa yang kuliah sampai tinggi-tinggi tapi kalah sama regenerasi yang dikembangkan dari dunia entertainment. sebegitu kah sebuah partai hanya untuk mengusungkan visi misi nya lewat artis (mungkin hanya boneka saja).

  4. Benar Mas Andhy, Golput tidak menyelesaikan masalah.

    Mas Andhy, terus terang, kalau pilih partai saya benar-benar bingung dan tidak punya referensi, juga tidak percaya satupun? Menurut anda, dalam kondisi seperti ini, apa yang sebaiknya dilakukan selain golput?

    Kalau Pilpres, Insya Allah saya tidak akan Golput, lebih mudah menilainya. Katakanlah, walaupun Capres semua busuk, kita masih bisa pilih yang ngga terlalu busuk.

  5. Luar biasa? hah?

    Anda terlalu didramatisir, Maaf. Janganlah melihat sebelah mata. Apa bedanya Artis dengan Non Artis? Kami pun selayaknya manusia memiliki hak dan kewajiban yg sama. Kamipun ada yg berpendidikan tinggi dan rendah, berduit byk dan dikit, berotak encer dan dengkul…sama halnya dengan yg lainnya. Siapakah manusia yang sempurna? kalau memang ada, dia wajib dicontoh….

    Negri ini Gila? Memangnya dari dahulu tidak gila? Subjektifitas! Jgnlah begitu….kami juga sedang berlomba dgn calon yang lainnya, membuktikan dedikasi tinggi kami untuk memberikan pelayanan paripurna sebagaimana janji-janji yang telah dijanjikan para caleg sebelumnya. Semua memiliki kesempatan yang sama….Ingat, semua calon bisa berjanji, tapi lihatlah komitment janji-janji leg itu!

    Artispun harus ikut andil dalam pembangunan untuk mengisi kemerdekaan kita yang sudah lama ini. Bayangkan 63 tahun lamanya. Saatnya Kita, Non Artis ataupun Artis berhak memberikan yang terbaik buat negara. Merdeka!

    GOLPUT? Halah…
    GOLPUT itu juga sama-sama MEMILIH, memilih untuk tidak memilih! Hanya saja peran Anda dan teman-teman di Golput apa yang bisa diberikan untuk negeri? Pastilah tidak untuk menikmati dari usaha orang lain? Andapun harus bisa MERUBAH negri ini secara bijaksana dan dewasa, termasuk artis. .

    Terimakasih.
    ArtisClub.

  6. Wow, rupanya ada artis yang nyampe ke blog saya.

    Baik, secara tulus, dengan segala kerendahan hati, saya minta maaf kalau dianggap terlalu mendramatisir dan membuat rekan-rekan artis kurang nyaman.

    Saya tahu ada sebagian artis yang punya dedikasi dan juga berpendidikan tinggi, tapi masyarakat juga tahu persis artis mana yang diragukan kemampuannya dan akan mewakili kami (rakyat Indonesia) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa ini (maaf, kami hanya bisa melihat dari cara mereka berbicara dan berperilaku di media).

    Ketika sebagian artis yang kapabilitasnya tidak diragukan, dicalonkan dan sebagian berhasil menjadi caleg di masa lalu, masyarakat tidak memandang sebelah mata. Bahkan saya termasuk yang simpati kepada beberapa tokoh artis yang duduk sebagai caleg dan sangat vokal memperjuangkan kepentingan masyarakat.

    Namun, belakangan ini keadaan telah berubah banyak. Beberapa partai kelihatannya sudah tidak menghiraukan kualitas lagi dalam memilihnya, tapi hanya berdasarkan popularitas saja. Ini yang harus dipahami oleh rekan-rekan artis mengenai berubahnya persepsi masyarakat.

    Semoga artis yang terpilih adalah orang-orang terbaik yang bisa ikut menyelesaikan persoalan bangsa ini.

    Satu hal lagi. Alangkah lebih baik jika kita diskusi yang agak serius (tapi tetap dengan santai dan kepala dingin) disertai identitas yang jelas, sehingga kita bisa lebih saling menghargai dan membangun tali persaudaraan. Saya cek link anda “http://artisclub-dedikasi.org/”, menghasilkan “Address Not Found”

    Salam hangat untuk rekan-rekan artis dari Bandung.
    Arry Akhmad Arman

  7. telah lama memang dunia hiburan menguasai masyarakat Indonesia dibandingkan dunia ilmiah, kajian dan pembangunan yang beradab. sementara politik cuma dikerjakan oleh mereka yang suka jalan pintas asal menang, berkuasa dan memeras. akhirnya keduanya bertemu dalam satu agenda.
    saya rindu kembali masa-masa pendidikan, kemuliaan, idealisme, penghormatan kepada mereka yang berbuat kebaikan, dsb dijunjung tinggi di tengah masyarakat. dan kita hidup dalam logika yang benar. ketika berbuat baik akan baik, dan kemudian orang tidak bisa berbuat jahat, bahkan tidak tega berbuat jahat, atau bahkan tidak kepikiran berbuat jahat.
    tapi kita sekarang rasanya hidup dengan penuh kamuflase, iklan yang dilebih-lebihkan, persaingan kotor untuk kepentingan picik.
    tapi mari kita giring otpimisme kita, karena Tuhan bagaimana persangkaan hamba-Nya. jadi mari kita buat rencana2 baik.

  8. Hehehe…saya ketawa saja melihat komentar2nya. Orang selalu underestimated terhadap artis. Belum ketahuan kinerjanya saja sudah prejudice, sudah su’udzon, sudah pesimis…. ck ck ck….

    Sah sah saja artis caleg atau dicalegkan, atas nama demokrasi mereka berhak untuk itu dan berhak dipilih. Jangan melihat sosok artis hanya karena keseringan nonton gossip…waduh…. liat saja artis2 yg sudah jadi caleg, lumayan kok kinerjanya, Adjie Massaid, Dede Yusuf, Nurul Arifin, Angelina Sondakh… mereka ngga malu2in amat, belum lagi seniornya (alm) Sophan Sophiaan.

    So..memang kenapa kalo artis jadi caleg ?

    Seringkali saya berpikir :
    “Jangan sekali-kali menuding orang lain, karena tanpa anda sadari ketiga jari anda yg laen menuding kearah diri sendiri”

    🙂

  9. Mas Ryan, saya sependapat.

    Di #8 saya menyatakan “Ketika sebagian artis yang kapabilitasnya tidak diragukan, dicalonkan dan sebagian berhasil menjadi caleg di masa lalu, masyarakat tidak memandang sebelah mata. Bahkan saya termasuk yang simpati kepada beberapa tokoh artis yang duduk sebagai caleg dan sangat vokal memperjuangkan kepentingan masyarakat.”

    Saya akui vokalitas dan konsistensi nama-nama yang anda sebut. Kekhawatiran saya berdasar pada kondisi terkini dimana begitu banyak pilkada yang mencalonkan nama-nama yang menurut saya SEBAGIAN mengkhawatirkan (boleh juga dong saya sebagai masyarakat merasa khawatir, dan tentu saja boleh juga anda tidak sependapat dengan saya).

    Ya…, boleh orang berpendapat bahwa saya prejudice atau su’udzon, tapi tidak sedikit juga yang berpikiran sama dengan saya. Intinya, memang tidak semua mengkhawatirkan, tapi sedikit juga mereka yang sudah masuk bursa calon pimpinan daerah yang menurut saya mengkhawatirkan.

    Semoga ini hanya kekhawatiran yang berlebihan saja!

  10. Pa Ari, juga semua pihak yang berkomentar.

    Saya kira benar bahwa tidak semua artis bisa kita pukul rata & banyak yang sudah membuktikan kemampuannya. Tapi yang sudah membuktikan itu memang dari awal sudah diprediksi kwalitasnya. Saya setuju dan sama dengan kahawatiran pa Ari bahwa sekarang masuk dalam situasi yang menghawatirkan. Begitu banyak nama artis yang tiba-tiba dibawa ke dunia politik. Lihat saja para calon bupati di berbagai pilkada. Memang sebagian ada yang mungkin berkualitas juga, tapi silakan jujur, sebagian dari mereka memang menghawatirkan dan patut dipertanyakan apakah motivasi sesungguhnya para artis tersebut dilibatkan.

    Saya percaya kalau sebagian daftar caleg artis PAN memang berkuaitas, tapi saya juga ragu sebagian lagi diantaranya, tapi saya tidak mau menyebut nama.

    Bahkan kalangan artis sendiri mulai meragukannya. Ibu Nurul Arifin, artis yang sudah lama terjun di dunia politik pun meragukan sebagian dari mereka. Ini saya kutip dari Jawa Pos:

    *****************************************

    Peta Pemilihan Legislatif 2009 mendatang bakal semakin marak dengan para bintang panggung hiburan. Para artis yang mencoba menjadi caleg (calon legislatif) itu tersebar di sejumlah partai. Mereka mengandalkan popularitas untuk menjadi anggota DPR di Senayan.

    Kritik terhadap banjir artis itu datang dari kalangan artis sendiri. Nurul Arifin, bintang film yang juga politisi Golkar, mengkritik rekan-rekannya yang sekadar ikut-ikutan. Menurut dia, sebagian artis itu hanya mengandalkan popularitas untuk lolos. Nurul meragukan mereka memiliki kualitas sebagai seorang caleg yang sesungguhnya.

    “Menjadi caleg itu memimpin, apakah artis sekarang siap maju sebagai pemimpin,” kritik Nurul usai menjadi pembicara dalam sebuah diskusi di Jakarta kemarin (7/8).

    *****************************************

    Kesimpulannya, mari kita dukung artis yang berkualitas untuk jadi caleg, tapi jangan pukul rata semuanya. Akuilah bahwa sebagian dari mereka memang patut dipertanyakan “rekam jejaknya”. Kita bicara urusan negara 5 tahun ke depan, bukan show di televisi.

    Bimbi,
    seniman bandung

  11. Kelihatannya seru ni ya…, pa Arry saya boleh ikut meramaikan ya! Saya analisa kelihatannya ada dua pendapat (kubu) yang ekstrim berbeda, (1) kubu yang khawatir, (2) kubu yang meyakinkan bahwa artis tidak perlu diragukan. Saya tidak mengatakan yang mendukung dan tidak mendukung.

    Pa Arry (maaf pak), awalnya kelihatannya bapak terlalu khawatir, tapi dari diskusinya, saya melihat pa Arry orang yang SANGAT TERBUKA dan MAU MINTA MAAF kalau pendapatnya dianggap terlalu ekstrim. SALUT buat Pa Arry.

    Sudah beberapa bulan saya mengikuti tulisan blog Pak Arry, saya yakin 200% pak Arry bukan mau menuduh kalangan artis, tapi terlalu cinta dan akhirnya khawatir dengan negeri ini yang memang faktanya semakin mengkhawatirkan.

    Jadi, marilah kita lihat artis sebagai manusia, ada yang baik dan ada juga yang buruk. Jangan dipandang dari sudut ekstrim, nanti pendapatnya tidak pernah bertemu di tengah. Saya juga sependapat dengan sejumlah kalangan yang menilai bahwa kondisi perpartaian saat ini memang sangat mengkhawatirkan. Mereka lakukan cara apapun untuk dapat kursi. Kalau tidak dengan uang, ya, pinjam popularitas artis. Saya sudah coba telusuri kutipannya Pak Bimbi di Jawa Pos online, ternyata masih ada pendapat Mbak Nurul yang menurut saya penting dan menarik:

    ——–

    Fenomena itu, lanjut Nurul, hanyalah bentuk promosi setiap parpol untuk menjaring suara. Beberapa parpol yang jor-joran mengajukan caleg artis saat ini, tampaknya, ingin menghemat modal mereka. [kutipan dari Jawa Pos online]

    ——–

    Maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Saya sangat menghargai pendapat semua pihak, khususnya Pak Arry.

    Dari tulisan-tulisan bapak, saya percaya bapak orang yang lurus, cinta negeri ini, dan juga luar biasa. Nulis terus yang kritis ya pak! Berbeda pendapat memang hal yang biasa!

    Salam
    Mega, di Bandung juga
    Mudah-mudahan suatu saat kita bisa berkenalan langsung.

  12. Saya paham kekhawatiran Pak Arry. Coba perhatikan kutipan-kutipan ini:

    1. Kemampuan para artis di panggung politik masih diragukan publik. Partai Amanat Nasional (PAN) pun siap melatih caleg-caleg artisnya dengan mendatangkan doktor-doktor dalam bidang politik. (http://iklan.plusberita.com/pan-siapkan-doktor-bidang-politik-untuk-latih-caleg-artis.html)

    Komentar saya: “Emangnya ini urusan gampang yang tinggal di latih saja? Sekolah bertahun-tahun saja belum tentu cukup, apalagi hanya ikut latihan sebagai kegiatan sampingan. Saya pasti tidak pilih PAN”

    2. JAKARTA – Dari berkas bakal caleg Partai Amanat Nasional (PAN) yang disampaikan Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) malam ini, Selasa (19/8), lima dari 19 orang artis yang menjadi bakal caleg PAN berada di nomor urut satu di daerah pemilihannya masing-masing. (http://www.tribunkaltim.com/read/artikel/4043)

    Komentar saya: “Apa motivasinya ya bahwa mereka harus ada di urutan nomor 1???”

    Terus menulis yang kritis pak Arry! Negara ini makin bahaya kalau blogger kritis semakin malas menulis!

    Salam blogger dari Jakarta.

  13. Mas Edward, terima kasih komentar dan tambahan infonya yang menarik. Jadi memang persoalannya, bukan semata-mata kualitas artis, tapi “apa sebenarnya motivasi para partai itu?”

    Soal kualitas artis tidak perlu kita bahas lagi, banyak yang sudah membuktikan kualitasnya, walaupun tetap masih ada yang mengkhawatirkan.

    Maaf, komentar mas Edward harus menunggu moderasi karena ternyata ada link didalamnya.

    Salam blogger kembali dari Bandung

  14. Salam Kenal.

    Menurut saya caleg memang caleg butuh terkenal dan populer untuk dikenal dimasyarkat. Tetapi yag terpenting adalah kompetensi, jujur dan bersih dari korupsi. Kalo artis cuma modal terkenal mau menjadi anggota legislatif saya pikir salah jurusan memang mau main film di DPR. DILIHAT dari gaya hidup yang glamor, dugem, kawin cerai. & kumpul kebo.
    Narkoba. Pertanyaanya apakah itu kriteria anggota legislatif /wakil rakyat. Ngurus istri satu saja tidak bisa (KAWIN CERAI 15 X). BAGAIMANA NGURUS RAKYAT INDONESIA?

    Hmmm, betul sekali, kalau belum bisa ngurus istri atau keluarga, ngga usah deh mikirin rakyat, dijamin lebih susah! Memang, dengan catatan, tidak semua artis berperilaku demikian.

    Salam kenal kembali mas Ghufron.

  15. Kalau penekanannya pada “ARTIS” maka ini sangat memprihatinkan.
    Apakah kita semua sudah lupa!,

    “ARTIS adalah seseorang yang mau memainkan peran apa saja selama bayarannya cocok”.

    Apakah telah ada pergeseran nilai dimana seorang artis lebih mengutamakan kepentingan bangsa ketimbang yang menawarkan bayaran yang lebih menggiurkan.

    (Inga2 . . . Jaksa Agung Muda saja, bisa lupa diri).

    Walaupun demikian saya ucapkan selamat kepada yang bersiap menanggalkan keartisannya untuk menjadi wakil rakyat.

    ES 210808

  16. Menarik sekali pendapatnya, kalau presiden bisa memilih sementara partai tidak bisa memilih 🙂

    Justru sy pikir lebih mudah memilih partai, karena kalau milih presiden bisa lebih sedih.

    Kenapa? Karena tidak ada jaminan seseorang itu tidak berubah ditengah masa pemerintahannya. Yg jelas tdk ada jaminan dia akan bisa hidup selama 5 tahun.. hehe..
    Sementara, kalau partai, kalau yg mereka bangun adalah institusi partai nya (baca sistem) maka saat kita memilih kita hampir bisa yakin bahwa sikap mendasar mereka tidak akan berubah jauh dari saat kita memilih.

    Justru, kalau sistem suatu partai itu kuat, maka kita bisa yakin bahwa kesalahan yg terjadi akan diperbaiki dan menjadi lebih baik lagi. Tapi kalau sistem suatu partai tergantung kepada tokohnya, maka kita bisa lihat contoh yg berserakan di media massa dimana mereka kacau balau.

    Saya pikir ini juga berlaku di semua organisasi 🙂 Tentu kita tidak menafikan adanya individu2 yg berbuat kesalahan, karena kita semua manusia. Justru sistem yg kuat, akan membuat individu2 yg berbuat salah ini diperbaiki. Bukankah yg demikian ini sistem yg modern?

  17. Sepertinya, bukan hanya pemilu 2009 saja kita akan cenderung memilih artis. karena pada pemil sebelumnya sudah banyak sekali ‘artis’ yang bukan berlatar belakang artis telah kita pilih. Hebatnya artis yang kita pilih ini lebih hebat dari artis-artis atau dramawan seperti putu wijaya, N. riantiarno dsb.

    Mereka lebih mahir berakting, terutama untuk uang yang besarnya milyaran rupiah.

    Kita bisa sebutkan beberapa artis terpopuler tahun 2008, yang membintangi opera sabun semacam dana BI, kasus bintan.

    Di Bandung juga ada Lho artis seperti itu, siapa coba?

  18. Mas Arry,

    Kalau menurut saya sih… anggota DPR itu artis atau bukan gak masalah. yang masalah adalah partai mana yang mengajukannya.

    keputusan pilihan atau tindak tanduk anggota DPR masih banyak di drive oleh Partainya… jarang sekali anggota DPR yang berlawanan dengan kebijaksanaan partai bisa eksis.

    jadi bukan masalah anggota DPRnya… yang penting pilih partai yang tepat. bisa kok dilihat dengan mata hati kita. kalau kita mau sedikit peduli dengan tindak tanduk tokoh utama dari suatu partai.

    Kalau pilih menjadi golput saya banget.

    Karena faktor anggota DPR itu sangat strategis. karena fungsinya bersama-sama presiden untuk memilih dan mencalonkan dan mengangkat anggota lembaga pemerintahan lainnya. seperti anggota Makamah konstitusi, anggota Makamah Agung, dan pejabat-pejabat lainnya yang akan berdampak bagi kehidupan dinegara ini.

    Partai yang memiliki jumlah anggota DPR yang dominan akan bisa memaksakan kehendaknya untuk menentukan kehidupan bangsa ini kedepan, seperti yang sudah terjadi selama 32 tahun orde baru dan 10 tahun reformasi ini. karena partai yang dominan masih partai yang sama.

    Ada sebagian orang berpendapat bahwa undang-undang yang dibuat oleh DPR tidak bermutu sehingga banyak dibatalkan oleh Makamah konstitusi. tetapi ketidak bermutuan tersebut bukan karena anggota DPRnya bodoh, tetapi justru mereka sangat pintar, karena pasal undang-undang yang dibatalkan oleh makamah konstitusi itu pada dasarnya menguntungkan partai mereka. seperti electral threshold, parliementary threshold. undang-undang yang membatasi KPK untuk mengusut kasus yang terjadi sebelum undang-undang itu dibuat. pada hal itu adalah untuk melindungi kepentingan koruptor yang melakukan korupsi sebelum undang-undang tersebut dibuat, yang kemungkinan besar merupakan kader partai mereka.

    jadi sebaiknya kita memilih partai yang memperjuangkan kepentingan rakyat, yang bersih, tidak korupsi. yang akan memecat langsung kadernya yang ketahuan korupsi.

    dan kita juga harus hati-kati, jangan sampai tulisan kita menguntungkan partai koruptor, kita, secara tidak sengaja melakukan black campaign untuk partai yang tidak termasuk partai koruptor, dan menguntungkan partai penguras harta rakyat. akhirnya kondisi kesusahan rakyat akan terus berlanjut.

    akan banyak kasus lapindo sebagai pertanda dari Tuhan, karena Tuhan ingin Melaknat partai koruptor, yang telah menipu rakyat dengan silat lidah dan argument yang diputar balikkan, seperti maling teriak maling gitu.

    Jadi saya berharap kita jangan pilih golput.. masih banyak kok partai yang bisa kita percaya, kuncinya hanya dengan melihat siapa tokoh dibelakang partai itu.

    Kalau pemilu legislatif yang menang partai koruptor tadi, dipastikan partai itu bisa memajukan calon presiden busuk dari partainya.

    jadi pemilu legislatif ini sangat strategis.. jangan sampai mereka berhasil menipu kita lagi. dengan money politik.

    Buka mata hati, tentukan pilihan… kita bisa tahu kok.

    salam…
    (maaf kalau kepanjangan……

  19. maaf koreksi ” Kalau pilih menjadi golput saya banget.”

    seharusnya ” kalau pilih menjadi golput sayang banget “.

    walaupun cuma kurang 2 huruf, tetapi bisa sangat berbeda hatinya
    tks

  20. mmmh …Kayaknya kalo ada Partai yang pengurus dan anggotanya artis semua bisa menang tuh… Cuma jadi bingung nih Pak, gimana negara dipimpin oleh artis hehehe.. gimana kalo akademisi kayak Pak Arry jadi diatur sama artis … wuih

  21. Assalamualaikum pak Arry (wajib dijawab), saya salut sama pak Arry yang sudah membuat blog diskusi ini, khususnya mengenai fenomena caleg artis.
    Awalnya saya juga risih dengan semakin banyaknya artis yang terjun ke dunia politik dengan mendaftarkan diri menjadi caleg, setiap hari kita lihat di infotainment selalu ada saja artis yang bermasalah, cerai, selingkuh, bahkan narkoba, belum lagi masalah kelainan sexual.
    Akan tetapi saya tidak langsung menyalahkan Partainya ataupun Artisnya, karena setelah saya selidik punya selidik (menyamar menjadi anggota partai), barulah saya pahami masalah ini, dengan kronologis sebagai barikut.

    Pada waktu perumusan undang-undang pemilu, partai PAN dan PKS termasuk partai yang menolak system nomor urut, dan mengusulkan system suara terbanyak, akan tetapi karena suara di parlemen tidak cukup kuat, maka dipakailah system nomor urut, walaupun mengacu pada 30% BPP, akan tetapi menurut pengamatan saya di tahun 2004 dengan 24 Partai saja sangat banyak anggota dewan yang duduk walaupun tidak mencapai 30 % BPP, apalagi di tahun ini dengan 38 Partai.

    Partai yang serius menjalankan system suara terbanyak salah satunya PAN, dengan menggelar Rakernas di tahun 2007 dan 2008 dengan agenda penetapan system suara terbanyak, didalam hasil Rakernas tersebut dijelaskan system penerimaan caleg dengan cara terbuka untuk struktur maupun non struktur (masyarakat luas), nomor urut bukan lagi merupakan jaminan, ketetapan inipun berlaku untuk PAN se Indonesia (Nasional), untuk mengantisipasi perselisihan hukum (yang saya tahu dan lihat), PAN mengharuskan semua calegnya menandatangani 2 buah surat pernyataan (persetujuan suara terbanyak dan tidak bersedia dilantik apabila tdk mendapat suara terbanyak).

    Ada peraturan, adapula konsekuensinya.
    Karena pendaftaran caleg terbuka untuk umum, maka banyaklah orang yang mendaftar untuk menjadi caleg, termasuk artis dan tunanetra, kalau kita lihat di daerah bahkan tidak sedikit pengusaha dan tokoh masyarakat yang tdk pernah berpolitik mendaftarkan diri menjadi caleg.

    Konsekuensi yang lain, caleg dari struktur partai harus langsung terjun ke masyarakat, bukan hanya mengandalkan tim lagi, karena kalau kita lihat UU Pemilu, disitu jelas tertulis “memberi tanda satu kali pada kotak….”, dan caleg diharuskan mencapai 30% BPP, kalau kita cermati, pemilu 2009 ini kita tidak lagi diarahkan untuk memilih partai, akan tetapi lebih kepada memilih caleg. oleh karenanya caleg dari struktur partai PAN harus ekstra kerja keras dan legowo apabila tidak mendapatkan suara terbanyak.

    Pada saat mendekati batas waktu penyerahan ke KPU, Partai GOLKAR secara mengejutkan memakai system suara terbanyak, padahal yang saya tahu partai tersebut salah satu yang mengusulkan nomor urut pada perumusan UU Pemilu. dengan demikian bertambah yakinlah saya kalau nanti kita hanya memilih caleg, bukan partai.

    Pendapat saya (walaupun saya bukan orang PAN), akan tetapi memang diakui kalau cara demokrasi yang benar adalah seperti yang dilakukan PAN, memilih sesuai hati nurani, terbuka, dan konsekuen.

    Untuk masalah artis saya tdk banyak berkomentar karena saya tidak mengenal mereka, akan tetapi kalau artis pasti adanya di berita infotainment, walaupun mereka ada juga yang menjadi ketua atau pengurus suatu organisasi sosial dsb, akan tetapi tidak pernah diberitakan oleh wartawan kita, sehingga masyarakat tidak mengetahuinya.
    kalau perilaku, saya rasa semua manusia ada baiknya, adapula buruknya, tidak terkecuali artis dan anggota dewan, bahkan masyarakat luaspun sangat banyak, coba kita lihat tayangan kriminal di televisi, setiap hari ada saja masyarakat kita terlibat kasus kriminal.
    Untuk masalah menjual popularitas, saya lebih tidak setuju kalau (mohon maaf) kyai atau ustad memanfaatkan popularitasnya untuk mencapai satu tujuan.

    Bagaimana menurut Pak Arry????

    Wassalamualaikum.

  22. Salam kenal, Mas Arry.Saya Maylaffayza.Saya senang bahwa masyarakat sekarang lebih aware terhadap apa yang sedang terjadi di negara kita,itu pertanda baik,meningkatnya kesadaran kolektif. Hanya saya mohon sekali mas Arry dan teman-teman untuk tetap memberikan suaranya untuk pemilu nanti.Pilihlah yang menurut mas Arry dan teman-teman calon yang competent, yg mempunyai capability, berideologi dan berfondasi pada idealisme kehidupan yang harmonis.Karena result dari persuara masyarakat yang ikut memilih,akan membawa perubahan bagi bangsa kita.Bangsa kita memerlukan suara dari rakyatnya,yaitu kita semua yang mencintai negara ini. Tetaplah memilih,tetaplah berkontribusi dalam membawa perubahan. Saya yakin,ini adalah proses yang kita semua harus lalui dalam kehidupan berkebangsaan.

  23. ikut nimbrung donk….
    gue M. SAID. S.Ag, Caleg DPR RI Dapil Gresik Lamongan dari PARTAI MATAHARI BANGSA ( PMB )
    yang pasti sebelum semua proses berlanjut…..kita sama2 introspeksi untuk memperbaiki mental dan pola pikir kita, karena bagaimanapun juga Indonesia butuh pemimpin yang bermental MENGABDI UNTUK RAKYAT, memperjuangkan kepentingan RAKYAT juga KEPENTINGAN PEMERINTAH yang benar2 bekerja menjalankan amanat RAKYAT, bukan kepentingan sekelompok. Kalau kondisinya seperti ini terus kapan Indonesia akan bisa maju dan disegani oleh Bangsa Lain ????
    Rakyat butuh pemimpin yang mau peduli jeritan hati rakyat, bukan pemimpin yang “pinter” tapi minteri

  24. Pak Wim, Maylaffayza, M. SAID. S.Ag, ketika mengangkat tulisan ini, saya menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat yang tidak mau terlalu terlibat urusan dan sistem perpolitikan di Indonesia yang memang sangat dinamis dan kompleks. Bagi masyarakat, sederhana saja, bagaimana partai bisa menawarkan calon yang punya niat tulus, jujur, tapi juga kompeten.

    Mungkin saya salah, terlalu berprasangka buruk atau meragukan kompetensi calon-calon yang diusulkan oleh partai. Namun itulah faktanya, rakyat harus memilih wakilnya, tapi calon wakil-wakil rakyat yang ditawarkannya belum dapat memberikan kepercayaan yang meyakinkan. Ujungnya? Golput mungkin menjadi pilihan bagi sebagian kalangan!?

    Harus ada terobosan untuk mendapatkan kepercayaan rakyat dengan cara-cara yang cerdik tapi benar. Itu yang tidak dilakukan oleh satu partai-pun di Indonesia. Obrolan-obrolan santai selalu menghasilkan kecurigaan yang konvergen bahwa semua partai mempunyai motivasi “bisnis di bidang politik”. Maaf, ini bukan hasil survey yang bisa diperdebatkan, hanya gambaran obrolan santai saja.

    Mudah-mudahan bisa menjadi masukan yang berharga untuk para partai. Semoga Indonesia semakin maju.

  25. bahasannya sudah cukup meluas. dari file permasalahan artis yang merumput di senayan menjadi ke folder masalahnya yakni kepercayaan bangsa Indonesia secara keseluruhan kepada mekanisme politik kita.

    dan saya sangat mendukung dengan sepak terjang pemikiran kang Arry untuk kritis terhadap sistem politik kita itu. justru sikap kritis ini adalah untuk membuat mekanisme yang sekarang ini paling diakui, tidak menjadi lemahdan tidak terpakai sementara penggantinya belum siap.

    jadi mari perbaiki wajah demokrasi kita, setidaknya untuk selamatkan dulu bangsa ini dari kehancuran. yang di dalam sistem dan diluar sistem jangan ada prasangka, tapi harus bahu membahu untuk keselamatan kita-kita juga.

  26. saya sangat ingin menggaris bawahi

    “BISNIS DI BIDANG POLITIK”

    saya sepakat bahwa itu harus kita awasi bersama-sama. bisnis itu wilayahnya ada di ekonomi. justru akan lebih baik orang berbondong-bondong masuk ke dunia bisnis, bukan malah semua merasa pas dan sebagian lagi merasa “butuh” untuk saling berebut masuk ke politik. jangan buat politik menjadi wilayah cari duit.

    kang Arry jangan merasa ini adalah pikiran seorang masyarakat awam atau obrolan ringan. tapi ini penting dan strategis.

    saya jadi ingat nasehat seorang ustadz yang waktu itu dipaksa masuk ke dunia politik…

    “di dunia politik ini
    banyak yang bisa kita kerjakan
    tapi sedikit yang bisa kita nikmati”

  27. UNTUK saya mah siapapun calon atau yang terpilih jadi wakil rakyat silahkan aja, mau artis atau profesi apapun yg penting jujur, amanah punya keinginan dan kemampuan yg kuat untuk membantu/membawa masyarakat ke gerbang kesejahteraan lahir dan bathin tentu saja kita berharap petunjuk dan ridho dari-Nya. O … iya …, untuk saudaraku yg merasa apatis sampai2 mau golput karena calonnya dianggap kurang mampu, lantas calon dari golongan mana yg dianggap mampu, buktinya bertahun-tahun bangsa ini dikelola oleh orang2 yg merasa dirinya bener, pinter dan super dalam hal politik eh … malah begindang keadaannya. Korupsi merajalela dimana-mana, kemunafikan dan kebiadaban menjadi gaya hidup manusia yg ngaku dirinya beradab, sampe2 kemiskinan dan kebodohan terus mereka pelihara. Astagfirullohaladzim …. Cag …. ah …..

  28. yang Golput berarti membiarkan partai lama (yang isinya banyak malingnya) menang lagi. mereka mengatur hakim, mengatur jaksa, mengatur negara, mengatur harga BBM dan mengatur nasib kita. padahal mereka itu banyak yang jadi maling, tukang peras dan penipu. mendingan pilih artis, sudah jelas orangnya. berpendidikan lagi. anggota dewan tahun 2004 itu banyak yang tidak sekolah (alias berijasah palsu. Ingat, Pemilu bukan milih partai yang warnanya ngejreng atau yang banyak poskonya, tapi memilih orang yang akan mengatur nasib kita 5 tahun ke depan. Pemilu itu ibarat menitipkan nasib kita kepada orang lain. Pemilu ibarat menitipkan uang kita kepada orang lain. Kita mau pilih orang baik2 atau maling.

  29. Dengan perekrutan caleg banyak dari kalangan artis,semoga merupakan langkah awal PAN untuk berda’wah kultural. Doa saya moga-moga suasana Indonesia menjadi dingin dan sejuk oleh birunya PAN di Pemilu 2009. Amien… jadi presiden

  30. Kekuatiran Pak Arry saya kira belum tentu prediksi sepenuhnya benar. Yang penting itikad artis kita bener2 ikhlas ingin ikut andil ‘memperbaiki’ bangsa & negara kita yang saat ini lagi ‘sakit kronis’.
    Faktanya..saat ini orang-orang pinter yang ada di parlemen makin keblinger saja. Datang sidang manggut2, tidur & asap rokok pada nutupin mukanya yang bak bangun tidur. Belum lagi korupsi yang makin brutal..

    Artis jadi caleg/anggota parlemen..?? yang penting mau belajar & punya empaty politik. Bukan selebritis lagi..tapi sosok yg perjuangkan aspirasi rakyat.

    Kita tunggu saja sosok seperti Dedy Macan Yusuf…

    GOLPut..memang hak kita
    Tapi rasanya kurang bijak klo diwartakan..

  31. Pak arry salam kenal dan numpang komentar. Saya sepakat bahwa artis itu juga sepertihalnya manusia biasa lainnya. Mereka punya hak juga untuk memilih dan dipilih. Saya pun sepakat juga ketika harus mengakui beberap artis kemampuan dalam kancah politiknya tidak kalah. Jadi aktivis, aktif di perpolitikan, dsb.

    Namun, saya pun juga tidak sepakat ketika bangsa ini dipertaruhkan dengan sebuah kepopuleran semata tanpa adanya kapabilitas yang memadai dari mereka. Seharusnya menjadi caleg perlu pengalaman berpolitik selama bertahun-tahun. Minimal 1 tahun aktif lah dalam kancah politik. Atau barangkali sejak jadi mahasiswa dulu sudah menjadi aktivis politik? Itu lebih bagus.

    Saya sepakat juga bahwa pelatihan utk menjadi politikus (bisa dibilang begitu) tidak seinstan sepertihalnya mendapatkan mata pelajaran matematika 2+2 bisa langsung dijawab 4. Akan tetapi kompleksitas dlm pengkajian suatu persoalan bangsa butuh pendalaman dan kepabilitas dlm hal tersebut.

    Mohon maaf, saya yakin bahwa parpol2 itu hendak mengejar target suara dengan menggandeng beberapa artis. Tidak menafikan bahwa sebuah partai Islam pun menggaet artis dalam iklan kampanyenya. Meskipun bukan caleg siy… Akan tetapi intinya di sini adalah (maaf) sejauh mana kapabilitas artis2 itu utk terlibat dlm problem bangsa. Khawatir pun boleh2 saja, karena Indonesia adalah bangsa kita. Wajar jika kita khawatir ketika rasa cinta terhadap Indonesia ini masih ada. Khawatir kalau-kalau bangsa ini jatuh pada orang yang salah. Khawatir kalau-kalau sejarah kelam terulang kembali.

    Klo soal GOLPUT, saya pun TIDAK SEPAKAT. Karena GOLPUT=MENDUKUNG YANG MENANG. Klo yang goal yg agak baik sih gpp. yang jadi soal adalah klo yang gak baik. Wah, Indonesia bakalan kacau.

  32. Mas Ghufron Maksum, bukan cuma artis lho yang suka kawin cerai, tapi beberapa politisi juga. Bahkan, salah satu capres terkuat di negeri ini juga pernah cerai lebih dari satu kali (kalau ga salah 4x). Sekarang juga dapet pasangan yang cerai lebih dari 1x. Tapi toh banyak juga wong cilik yang mendukung dia. Jadi mohon jangan “gebyah uyah” mengatakan artis ga bisa mengurus negara, sebab mengurus keluarga saja tidak bisa! Hik…hik..hik…

  33. Kalau aku nggak akan ragu untuk memilih artis sepanjang artis tersebut bisa berhasil/exist didunia keartisan karena memang memiliki pribadi yang berkwalitas, seperti disiplin tinggi (misalnya untuk latihan), profesional (mampu men-deliver melebihi ekspektasi fihak yang membutuhkan jasanya) serta semangat pantang menyerah (selalu percaya diri dan tidak mundur sebelum maju berperang). Karena aku tinggal di-Banten, aku akan contreng Maylaffayza, karena memiliki pribadi berkwalitas tersebut, tidak pernah terdengar terlibat gossip murahan dan cantik pula.

Tinggalkan Balasan ke aRuL Batalkan balasan