Bandung akan punya jalur sepeda!
Saya tidak tahu, apakah harus gembira atau khawatir mendengar berita tersebut. Begitu banyak inisiatif pemerintah Kota Bandung yang tampaknya hanya merupakan ide sesaat dan tidak pernah direncanakan dan diterapkan secara serius dan konsisten. Coba lewat jalan Braga! Jauh sebelum mencapai jalan Braga anda harus melalui antrian macet yang panjang. Konon, Braga akan dijadikan kawasan jalan kaki, sehingga jalan aspal disana diganti dengan jalan batu. Saya tidak habis pikir, mengapa tidak dikaji dan dicoba dulu dampaknya terhadap arus lalu lintas disekitarnya? Entah apa yang akan dilakukan selanjutnya? Mungkin ide brilian ini berasal dari kepala seseorang yang ingin membuat Bandung kembali menjadi Paris van Java, tapi pelaksanannya dipaksakan.
Mari kita lihat Simpang Dago (kebetulan ini contoh yang selalu saya lalui setiap hari). Selama lebih dari 10 tahun pemerintah telah membiarkan Simpang Dago menjadi pasar yang tumpah ke jalan. Awalnya hanya sampai pagi sekali, lalu bergerak semakin siang. Suatu saat (saya lupa entah kapan, rasanya sekitar 2 tahun lalu) pemerintah membersihkan Simpang Dago dari kegiatan pasar di pinggir jalan. Pedagang-pedagang dialihkan ke jalan Tubagus Ismail dan dibatasi hanya sampai jam tertentu. Sebagian lainnya pindah pangkalan ke terminal angkot Dago. Awalnya Simpang Dago menjadi lancar, walaupun Tubagus Ismail menjadi semakin kumuh. Lalu, perlahan-lahan, kegiatan pasar di trotoar jalan Tubagus Ismail semakin siang berakhirnya. Jam 9 kadang masih ada yang berjualan. Sementara itu, sebagian pedagang sudah mulai pindah lagi ke Simpang Dago. Jadi???? Bukannya menyelesaikan masalah, tapi memperparah situasi! Tumpahan pasar Simpang Dago sudah kembali lagi, bahkan bertambah luas ke Tubagus Ismail. Bagaimana sikap pemerintah? Saya tidak melihat ada suatu inisiatif untuk membereskannya.
Nah, kembali ke rencana membuat jalur sepeda; dikaitkan dengan dua contoh di atas, sejujurnya saya khawatir. Khawatir bahwa ini hanya ide sesaat untuk memperlihatkan perhatian pemerintah pada pengendara sepeda dan isu “global warming”. Hasilnya? Mungkin kemacetan akan semakin hebat karena jalur diambil oleh sepeda, dan tentu saja Bandung menjadi salah satu kontributor dalam melakukan PEMANASAN BUMI.
Menurut saya, lebih baik membenahi dulu transportasi umum (angkot) supaya tertib; tertibkan dulu parkir yang seenaknya; pikirkan pembinaan untuk pengendara sepeda motor; dan hal urgent lainnya. Tunda pembuatan jalur sepeda setelah yang urgent itu bisa diselesaikan semua.
Bagaimana menurut anda?
Sumber terkait:
betul Pak, jalan tubagus ismail yang sudah sebegitu sempitnya pun jadi kian sempit. antrian mobil pun masih panjang sampai-sampai ujung akhirnya ke depan kompleks perumahan alamanda.
bahkan ketika pasar sudah ‘akan’ bubar.. karena masih banyak orang berlalu -lalang yang terpaksa menggunakan jalan raya dan gerobak sampah yang ‘diparkir’ di pinggir jalan.
belum lagi deretan kios-kios sampai jalan tubagus ismail depan yang tidak punya lahan parkir khusus, tetapi banyak mobil yang parkir di pinggir jalan.
belum lagi lubang jalan yang sudah berminggu-minggu. tampaknya bandung harus sering-sering pilwalkot dulu biar bisa rapih. 😆
Bapak pengendara mobil ya? Coba sesekali berkendaraan motor atau bersepeda, mungkin akan melihat sisi kerumitan itu dari kacamata yang berbeda.
Ping balik: Jalur Sepeda di Bandung akan Direalisasikan! Satu bukti lagi tidak adanya prioritas pembenahan kota … « Arry Akhmad Arman’s Weblog
Setuju kang, jangan2 ini cuma ide dari salah satu orang atau kelompok yang hobby bersepeda saja, kalo kita tinjau mengenai hobby bersepeda ini juga ternyata hampir semua dari mereka hanya ikut2an, trend bike to works dan sejenis nya lah, padahal bisa saja 1-2 tahun kemudian mungkin saja sepeda itu sudah di jual :), karena jika kita benar2 niat bersepeda karena olah raga, masih banyak arena & waktu bersepeda selain jalan utama dan di hari kerja.