Jalan Umum di-klaim sebagai tempat parkir restoran!!

Setelah shalat Jumat, saya bertemu dengan sejumlah mahasiswa yang ingin bimbingan. He3x, ternyata lumayan banyak, sehingga saya terlambat ke acara pidato ilmiah Prof. Suhono Harso Supangkat di Balai Pertemuan Ilmian (BPI) ITB di pojok jalan Dipati Ukur – Surapati dan Dago. Ternyata, parkirnya penuh luar biasa, sehingga saya harus berkeliling dan akhirnya mendapatkan tempat parkir di pinggir jalan yang lumayan jauh di samping restoran BGana (dekat Victoria) di jalan Dipati Ukur. Ketika saya keluar dari mobil, seorang bapak berbadan besar dengan pakaian safari abu-abu menghampiri saya dan terjadi dialog kira-kira seperti ini:

Maaf, bapak mau ke restoran?

Oh tidak, saya mau ke BPI.

Maaf, pak, dengan hormat, mohon bapak tidak parkir disini karena ini khusus untuk pengunjung restoran.

Lho, saya kan parkir di jalan umum?

Benar pak, tapi dengan hormat, mohon bapak tidak parkir disini karena ini untuk pengunjung restoran kami.

Nada sangat sopan yang keluar dari kata pertama sudah mulai jadi lebih ngotot dan penuh tekanan. Saya tidak mau mengalah karena menurut saya dia tidak punya hak melarang saya. Akhirnya saya jawab:

Maaf pak, dengan hormat saya ingin parkir disini karena ini jalan umum.

Akhirnya dia dengan wajah gemas dan nada sangat tinggi (bagi saya nada tersebut bisa saya katakan sudah seperti ancaman) menjawab sambil berlalu:

Ya, kalau bapak ngotot silakan saja, tapi sebaiknya bapak tidak parkir disitu.

Gila! Rupanya jalan umum di Bandung sudah mulai dikapling-kapling sebagai lahan parkir restoran atau toko. Melihat ngototnya dan percaya dirinya si bapak tadi saya mempunyai dugaan bahwa ada pihak tertentu yang “melegalkan” untuk mengklaim jalan umum tersebut sebagai lahan parkir restorannya. Persis di seberang restoran tersebut adalah restoran Victoria. Sama parahnya, semua trotoar di sekitarnya dijadikan lahan parkir, bahkan ditulisi “Parkir khusus Victoria”. Kalau tidak ada kerjasama dengan oknum berwenang, tentunya Pemkot dengan mudah bisa menertibkan hal tersebut.

Jadi jangan heran kalau Bandung mendapat predikat salah satu kota terkorup di Indonesia.

Sementara, hanya bisa berdoa, semoga mereka-mereka yang merusak kota ini segera bertobat atau segera ditangkap KPK!

Iklan

9 komentar di “Jalan Umum di-klaim sebagai tempat parkir restoran!!

  1. sebenarnya tidak hanya di Bdg pak… di Jogja sama juga… kalau saya kejadiannya malah di depan warung kecil… kebetulan warung majalah yang saya tuju penuh sesak dengan kendaraan bermotor… otomatis saya geser parkir ke sebelahnya yang ternyata warung kecil tersebut… dari dalam diteriakin “mas kalau parkir tuh di sana lho” sambil telunjuknya mengarah ke tempat yang sangat jauh… otomatis saya geser kendaraan ke batas antara dua kios…

    sepulang dari warung majalah sambil teriak ke pemiliknya “mas aku pingin beli rokok dulu ya”… pemiliknya jawab “di sebelah aja ada”… saya teriak lagi “ga ada orangnya”… dan tidak berapa lama (dalam hitungan hari) kiosnya itu tutup… :mrgreen:

  2. ih mengerikan ya pa
    tapi daerah situ emang banyak tempat makan, cafe. jadi penuh sekali parkir2.

    heran juga

    bukannya di situ adalah daerah pemukiman?
    rasanya pernah ada sekolahan anak batita di daerah situ, diprotes karena masalah parkiran.

    ini untuk rumah makan, gpp ya?

    btw saya suka ke ngopi doeloe hehe.. tapi parkirnya tertib lho.

  3. Ping balik: Jalur Sepeda di Bandung akan Direalisasikan! Satu bukti lagi tidak adanya prioritas pembenahan kota … « Arry Akhmad Arman’s Weblog

  4. Bangsa kita mmg bangsa bermental preman Pak, tiap jengkal tanah negara, jalan umum, apapun yang seharusnya bisa dijadikan parkir secara bebas (asal tertib) oleh masyarakat, sdh dikavling-kavling oleh preman2, yg terorganisir maupun perorangan. Yg tadinya bisa bebas parkir, tiba2 jadi ada preman yg nguasai, tiap yg parkir mesti bayar ke preman, padahal bukan pemilik lahan tsb. Ini mmg mental buruk watak bangsa, hidup dari manfaatkan hak milik org lain dg tdk sah. Keterlibtn oknum aparat slt diingkari, kok bisa dan dibiarka menjamur di mana2, spt ogah, marak bikin kisruh tp dibiarkan. Hal lain, cb lht pedagang K5, tertama yg jualan malam hari, darimana mrk dpt listrik, nyantol dari tiang listrik? Bayar ke PLN atau ke oknum? Ini ada di mana2. Bs kita bayangkan kerugian PLN yg selalu klaim merugi dan disubsidi itu, sulit menghindari dugaan keterlibatan oknum. Jd subsidi listrik utk rakyat atau utk oknum yg mereguk untung dari “cantolan liar” pedagang K5 malam hari?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s