Pada tanggal 31 Desember 2010, anak kami mengalami patah tulang sikut karena bermain FlyingFfox di Restorant/Hotel Sindang Reret Lembang, sehingga harus dioperasi (beberapa bulan lagi akan menyusul operasi kedua). Musibah ini terjadi karena kelalaian penyelenggara, tidak melakukan pengereman, sehingga anak kami sampai ke tujuan dengan kecepatan tinggi. Jenis Flying Fox yang dinaiki adalah menggunakan sepeda yang digantung, seperti terlihat pada foto berikut.
Pihak Sindang Reret hanya mengutus Manajer Operasional utk memperjelas kronologis segera setelah kami lapor dan mengambil beberapa foto anak kami dan foto hasil rontgent sebagai bukti. Dan pada saat itu, bahkan mengatakan asuransi pun (Rp 1.5 juta) tidak mungkin di-claim karena sudah lebih dari 1×24 jam. Kejadian adalah hari Jumat, 31 Des 2010, akhir tahun. Saya ingatkan pada saat itu utk mencoba hubungi asuransi karena kejadiannya akhir tahun dan ada hak otomatis dari setiap pembayar premi. Saya juga menegaskan bahwa ini terjadi akibat kelalaian Sindang Reret, bukan kecelakaan murni seperti tergelincir, kena dahan patah dan sebagainya. Saya juga sampaikan bahwa saya tidak akan menuntut, tapi saya menunggu sikap Sindang Reret menyikapi tangungjawab atas kelalaian ini.
Bagi kami, yang sangat mengecewakan, tidak ada sikap serius dari pemilik atau direktur Sindang Reret atas kejadian ini. Tidak ada yang menjenguk ke RS pada saat anak kami dioperasi, padahal pihak Sindang Reret sudah menanyakan ruang perawatan dan jadual operasi, sehari sebelum operasi dilakukan. Demikian sibuk kah mereka? atau menganggap ini urusan sepele? Pihak manajer melalui SMS-nya mengatakan bahwa kejadian ini sudah di-sounding ke direktur/pemilik, jadi harusnya mereka sudah tahu (atau pihak manajer-nya berbohong?)
Menariknya, ketika setelah operasi saya sindir melalui SMS tentang sikap Sindang Reret yang NO-ACTION, malah pihak asuransi yang langsung menelpon saya untuk urusan asuransi Rp 1.5jt, seolah itu yang saya tunggu dan urusan selesai dengan asuransi tsb. Betapa tersinggung-nya kami melihat sikap ini. Dimana tanggungjawab Sindang Reret atas kelalaian-nya???? Ini bukan kecelakaan murni!!! Tapi kelalaian yang bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan lebih fatal!!!
Alangkah lebih pantas kalau pemilik Sindang Reret datang ke RS, menjenguk anak kami. Itu akan menjadi obat yang luar biasa buat kami. Walaupun, tetap akan ada bekas jahitan 10 cm yang akan membekas terus dalam diri anak kami sampai dewasa nanti.
Akhirnya, untuk menghilangkan rasa penasaran dan berburuk sangka, saya coba kontak pihak pemilik melalui jalur lain. Setelah berhasil kontak, saya mendapat penjelasan bahwa pihak pemilik belum mengetahui sama sekali tentang kejadian tersebut. Sehari setelah berhasil di kontak langsung melalui jalur lain (bukan melalui manajer-nya), pihak pemilik Sindang Reret datang menunjukkan perhatiannya ke rumah menyampaikan permohonan maaf, menjelaskan bahwa pemilik belum mengetahui kejadian tersebut, dan menawarkan bantuan yang dapat dilakukan. Akhirnya saya putuskan bahwa persoalan ini dianggap selesai tanpa tuntutan apapun dari pihak kami kepada pihak SINDANG RERET. Terima kasih atas perhatian dari pemiliknya.
Ada beberapa pembelajaran yang dapat ditarik dari kejadian ini:
- Penyelenggara permainan seperti ini harus mengutamakan safety. Peralatan minimum serta tim penanggulangan kecelakaan yang memadai harus selalu siap.
- Asuransi harus diperhitungkan lebih REALISTIS, betul-betul untuk meng-cover berbagai kemungkinan kecelakaan yang dapat terjadi, baik kecelakaan murni maupun kelalaian. Maaf saja, asuransi sebesar Rp 1.5 juta sangat tidak cukup seandainya harus menjalani operasi (operasi tulang pada umumnya dilakukan 2 kali). Bahkan tidak semua tempat seperti itu dilengkapi dengan asuransi.
- Komunikasi Manajemen Internal dalam Organisasi penyelenggara harus memungkinkan penyampaian informasi dengan cepat ke pimpinan tertinggi/pemilik JIKA TERJADI KECELAKAAN, sehingga langkah-langkah antisipasi dengan cepat dapat dilakukan untuk kebaikan berbagai pihak. Dalam kasus kecelakaan yang terjadi di SINDANG RERET ini, INFORMASI TIDAK SAMPAI kepada pimpinan/pemilik, sehingga hanya ditanggulangi oleh manajemen menengah.
- Pemerintah (Dinas Pariwisata?) sudah mulai harus melakukan pengawasan untuk meyakinkan faktor safety pada permainan seperti ini. Kalau perlu harus ada syarat sertifikasi bagi personil-personil yang mengoperasikannya.
Mudah-mudahan ini jadi pembelajaran untuk kita semua. Yakinkanlah akan keselamatan sebelum anak-anak kita mengikuti permainan seperti ini. Waktu yang terbuang, kekesalan, cacat dan sebagainya mungkin tidak akan cukup terobati dengan asuransi yg ditawarkan.
Foto-foto yang lebih lengkap, serta komentar dari berbagai pihak atas kejadian ini dapat dibaca di halaman facebook saya.
Waduh, turut prihatin dengan kecelakaan dan sikap Sindang Reret, Pak Arry. Saya malah baru tahu, ada flying fox model sepeda.
Semoga anak Pak Arry bisa lekas pulih.
terima kasih….
Turut prihatin pak Arry atas musibahnya. Semoga putra bapak lekas sembuh. Saya jadi pikir2 lagi mau ngajak anak main ke tempat ini.
Dengan maraknya arena outbond seperti sekarang ini, sudah selayaknya pihak Disbudpar/ lembaga terkait untuk melakukan standarisasi pengamanan, dan kalau perlu ada auditnya (oleh Wanadri misalnya).
terima kasih
Turut prihatin Pak Arry. melihat bentuk permainannya, mestinya dengan sepeda akan lebih aman. Berarti memang petugas ‘blayer’ lalai.
Semoga cepat sembuh, dan semoga justru mentalnya menjadi lebih berani…
Ikut prihatin, semoga putra-nya lekas sembuh ya pak. Lebih penting lagi, saran-2 mengenai safety diatas perlu diperhatikan penyelenggara permainan ini.
Lekas sembuh anaknya, pak. Saya turut mendoakan. Salam saya.
Turut prihatin Pak, semoga lekas sembuh anaknya. Sudah lama nggak posting ya Pak … Salam.
Wah kok bisa sampai kecelakaan begitu ya
test
sebagai pelajaran dimasa yang akan datang mas..
semoga anak bapak sekarang sudah sehat dan bisa bermain seperti biasa.
kalau begitu kita harus hati-hati saat mau meggunakan permainan yang ada
waduh ngeri banget, turut berduka. itu benar-benar membahayakan nyawa..
Innalillahi ,,
Semoga kejadian ini tidak terulang kembali ..
mengerikan..mau senang2 malah sakit…smoga cepet sembuh yaa..
wah bisa begitu yah…jadikan pelajaran di setiap masalah yg datang..
perlu berhati-hati pak,,, di cek terlebih dahulu, sebelum melaksanakan sesuatu.
kami turut prihatin gan…
emang karma itu nyata adanya..
Semoga Anaknya cepat sembuh pak dan selalu diberi ketabahan.
Terima kasih…
wah kejadian yg tidak diduga yah..
cepat sembuh yah..
Suatu hal yang sungguh memilukan betapa tidak adanya satu sinergy antara pemilik dan manager yang bertanggung jawab.
yup, terkadang kata-kata & ungkapan sikap peduli (dlm hal ini simpati & meminta maaf) malah jauh lebih berharga dibanding hanya sekedar tanggung jawab berupa materi (uang).
Wah…terima kasih sharing ceritanya. Anak saya suka banget main flying fox di Sindang Reret. Berarti nanti petugasnya harus diingatkan “jangan sampai terulang lagi seperti kejadian yang dulu” (sbg warning bahwa kelalaian yang terjadi pada anak Pak Ary sudah diketahui publik).
Tidak terbayang membawa anak yg kesakitan dari Cikole ke RS di Bandung, apalagi kalau lagi maceet…what a horrible experience!
terkadang kita juga harus mewaspadai segala kemungkinan, walaupun mereka sudah menggaransi keselamatan pengguna..tapi kalo baca tentang artikel diatas terlihat mangkirnya tanggung jawab sang pengelola tempat hiburan keluarga ini. semoga share nya ini dapat menjadi informasi dan pembelajaran bagi semua…salut buat bapak yang share informasinya kepada kita-kita semua