Engineer vs Scientist

Awalnya karena sedang memeriksa naskah tesis mahasiswa S2, sebagian besar banyak yang tidak dapat membedakan antara metoda penelitian untuk social science yang sifatnya lebih banyak “mengamati dan membuktikan hipotesis dari suatu fenomena“, dbandingkan dengan engineering yang lebih banyak “merancang sesuatu“, akhirnya saya browsing kesana-kemari dan mendapat satu bagian menarik sebagai berikut:

  • A scientist sees a phenomenon and ask “why?” and proceed to research the answer to the question
  • An engineer sees a practical problem and wants to know “how” to solve it and “how” to implement that solution, or “how” to do it
    better if a solution exists
  • A scientist builds in order to learn, but an engineer learns in order to build

Sumber: http://www.wabri.org.au/postgrads/documents/RM%20sci_eng_notes/Eng_Leung.pdf

Iklan

Bingung memilih program studi atau sub-jurusan

Seseorang (mahasiswa) curhat di blog tentang kebimbangannya dalam menentukan pilihan program studi atau sub-jurusan (walaupun istilah ini sudah kurang tepat), lalu minta pandangan saya melalui komentar yang disampaikan dalam blog ini (tentang saya).

Saya sudah kunjungi blog mahasiswa tersebut. Saya pikir mungkin ini kebimbangan banyak orang. Jadi, sebelum saya berangkat mengajar pagi ini, saya sempatkan memberikan repon, lalu saya cut-and-paste di halaman ini. Inilah jawaban saya untuk dia yang mungkin bermanfaat juga buat siapapun.

Saran saya, perhatikan hal-hal berikut ketika melakukan pertimbangan:

  1. Apa yang menyenangkan buat anda? Asumsi, bidang itu akan kita gunakan untuk bekerja, jadi anda akan bekerja selamanya di bidang yang anda pilih? Apakah akan membuat anda happy?
  2. Ada konvergensi yang kuat antara bidang-bidang ilmu, apalagi yang terkait kuat dengan IT. Anda pilih eletronika, masih memungkinkan kerja di NOKIA yang dikenal sebagai perusahaan telekomunikasi. Anda pilih telekomunikasi, masih memungkinkan kerja di perusahaan minyak atau Bank, karena mereka menggunakan infrastruktur telekomunikasi.
  3. Kualitas kurikulum, akreditasi bukan segalanya untuk diandalkan mencari kerja.
  4. Perhatikan kurikulum, justru untuk kenyamanan anda sendiri. Kalau perlu cari info ke kakak kelas, kuliahnya seperti apa isinya? dosennya seperti apa? Jago teori? Banyak memberikan wawasan dan pemahaman mendasar?
  5. Jika anda berniat untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri. Yang lebih penting bukan akreditasi perguruan tinggi atau program studinya. Lebih banyak ditentukan oleh rekomendasi, program kerjasama antar PT, serta reputasi pendahulu anda yang pernah sekolah disana. Reputasi lulusan ITB cukup banyak diakui di banyak PT di luar negeri. So, jangan khawatir untuk yang satu ini.
  6. Ini yang terakhir. Kombinasi knowledge adalah yang paling banyak diperlukan saat ini. Kombinasi knowledge bisnis dengan IT, termasuk yang paling powerful!

So, kesimpulannya, pertimbangkan itu semua, berikan bobot yang kuat pada pertimbangan yang akan membuat anda happy. Jika anda menjalani sesuatu dengan happy, hasilnya akan lebih baik. Jika ada yang kurang, lengkapilah kekurangan itu dengan belajar sendiri! Tidak ada pilihan yang SEMPURNA.

Semoga tidak menjadi tambah bingung….

Jangan Jawab ‘Tidak Tahu’!

Pertanyaan ini selalu muncul ketika saya menjelaskan tentang tips-tips menghadapi sidang Tugas Akhir, Tesis atau Disertasi kepada mahasiswa. Tapi jika dijeneralisasi, hal serupa bisa juga terjadi pada presentasi umum.

Pak, apa yang harus saya lakukan jika saya ditanya sesuatu yang sebenarnya saya tidak tahu?

Biasanya jawaban saya seperti ini:

Pertama, harus disadari bahwa penanya sangat tidak berharap mendapat jawaban “saya tidak tahu” lalu berhenti, tidak ada lanjutannya. Kedua, jangan sampai sok tahu, menebak jawaban, dan jawabannya SALAH TOTAL! Penanya akan mengetahui bahwa anda sebenarnya tidak tahu, tapi SOK TAHU! Ujungnya adalah kehilangan simpati! Kalau kita sedang jualan, pasti jualannya engga laku. Kalau sedang sidang, pasti nilainya cenderung turun…

Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan. Dengan pemahaman dua hal di atas, maka yang selalu saya sarankan adalah ‘mencoba tetap menjawab, mengandalkan logika umum atau common sense, dan logika kita tersebut kita jelaskan dalam jawaban kita’.

Anda ditanya tentang X dikaitkan dengan sesuatu yang sedang anda presentasikan, dan anda tidak tahu benar dengan si X tersebut. Berpikirlah dengan cepat, gunakan logika umum dan common sense…., lalu jawablah dengan gaya seperti ini:

Maaf pak, sebetulnya saya kurang paham betul tentang X ini, tapi menurut pemikiran saya ….. (anda jelaskan logika yang sudah anda pikirkan tadi) …..

Mungkin saja jawaban anda salah, tapi penanya akan lebih menghargai usaha anda untuk menjawab dan bisa memahami logika berpikir anda. Tentu saja, idealnya anda bisa menjawab dengan yakin dan benar, tapi ini resep yang lumayan ampuh untuk mengatasi keadaan yang tidak diharapkan itu….

Semoga bermanfaat!

Tips Penulisan Laporan Penelitian: Buatlah Kerangka Tulisan Lebih Dahulu

Adanya Internet serta banyaknya informasi yang terkandung didalamnya, memberikan dua dampak yang bertolak belakang, khususnya bagi mahasiswa yang ingi cepat-cepat menyelesaikan Tugas Akhir, Tesis S2 atau Laporan Disertasi S3 (secara umum kita sebut saja Laporan Penelitian). Internet memberikan kemudahan untuk mencari apapun yang tadinya sulit diperoleh sebelum jaman Internet. Tapi, Internet juga seringkali membuat seseorang menjadi lama menyelesaikan Laporan Penelitian, khususnya bagian Tinjauan Pustaka. Kesalahan umum yang biasanya dilakukan adalah:

mengumpulkan informasi apapun yang berhubungan dengan apa yang sedang dikerjakan, lalu membacanya satu per satu. Tentunya, anda akan kebanjiran informasi dan mulai kehabisan waktu. Sementara, tujuan utama tidak tercapai juga dengan segera.

Saya punya tips yang mudah-mudahan berharga.

Perjelas, dan sepakati segera dengan pembimbing mengenai latar belakang, tujuan, serta ruang lingkup dari apa yang akan dikerjakan.

Buatlah outline (kerangka atau daftar isi) dari tulisan atau buku Laporan Penelitian yang akan dibuat. Lebih detail lebih baik! Lakukan pencarian di Internet hanya untuk mengisi bagian-bagian buku Laporan yang masih kosong dan harus diisi. Setelah bahan yang dicari kita peroleh, segera pindahkan ke buku Laporan. Maka anda akan dengan cepat mengisi kelengkapan bagian Tinjauan Pustaka. Hal-hal yang bukan merupakan bagian dari kelengkapan laporan bisa diabaikan atau disimpan di dalam satu folder sebagai arsip.

Dengan cara ini, anda juga punya perhitungan yang lebih akurat mengenai status ‘progress‘ pekerjaan anda. Ketika ditanya oleh dosennya mengenai prosentasi status laporannya, biasanya mahasiswa melamun sejenak (entah apa yang dipikirkan), lalu menjawab: kira-kira 30 persen pak!. Dari mana 30% itu, saya yakin tidak akurat! Tapi kalau anda punya outline yang detail, anda bisa menghitung prosentase berdasarkan outline tersebut dengan lebih akurat. Manajemen waktu untuk menuju wisuda juga akan menjadi lebih akurat.

Semoga tips ini bermanfaat!

[Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi dan pengalaman membimbing mahasiswa selama sekitar 18 tahun]

Berbagi Pengalaman ‘Teknik Presentasi’

Saya baru saja membaca blog-nya ibu Ayi Purbasari (http://pbasari.multiply.com), jadi ingat bahwa saya ingin share pengalaman saya dalam memberikan presentasi. Kumpulan slide ini saya buat pertama kali karena saya harus mengisi satu materi pertemuan untuk mahasiswa yang sedang mengerjakan thesis tentang teknik presentasi yang baik. Versi yang saya share ini adalah versi umum, karena untuk versi sidang Thesis atau Tugas Akhir, ada tips tambahan, seperti:

“bagaimana cara menjawab pertanyaan yang kita tidak tahu jawabannya”,
“bagaimana cara beradu pendapat dengan penguji”, dan sebagainya.

Secara umum, ada sejumlah prinsip yang perlu kita perhatikan:

  1. Jangan mengandalkan teks lengkap, sajikan dalam bentuk pointer!
  2. Pelajari siapa audience.
  3. Periksa ruangan dan perangkat pendukung presentasi sebelum mulai.
  4. Jangan bicarakan sesuatu yang mereka sudah ketahui atau tidak ingin mereka dengar
  5. Jangan membiarkan audience jenuh. Kejenuhan dapat dihindari dengan selingan dialog dan humor, tapi jangan berlebihan.
  6. Jangan merendahkan diri dengan mengatakan “maaf saya sebenarnya tidak siap …”, atau “saya baru belajar …..”
  7. Jika perlu, latihan dulu. Mintalah orang dekat anda untuk memberikan umpan balik.
  8. Berpakaian yang rapi dan cerah !
  9. Jangan bicara seperti anda sedang ngobrol dengan seseorang.
  10. Bersikap yang mengundang simpati dan kagum karena pengetahuan anda!

Ya, itu hanya bagian pembukanya saja. Selengkapnya saya sediakan dalam format PDF disini: good-presentation.pdf

[update 12 Oktober 2008: slide tersebut dapat dilihat dan didownload juga di http://www.slideshare.net/kupalima/slideshows]

Semoga bermanfaat.