Makna Tanggal Merah di Dalam Kalender

Jika kita membuka kalender, kita akan menemukan beberapa tanggal yang dicetak yang warna yang berbeda. Biasanya kita menyebutnya sebagai tanggal merah, dan pengertian umum di kepala setiap orang adalah tanggal dimana kantor harus libur.

Coba kita perhatikan, tanggal apa saja yang berwarna merah tersebut? Secara umum, ada dua kelompok besar: (1) tanggal penting yang berhubungan dengan kenegaraan yang harus kita hormati, misalnya Hari Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus; (2) tanggal-tanggal yang bersesuaian dengan hari besar agama. Mengapa tanggal tersebut merah dan dinyatakan sebagaihari libur?

Menurut saya karena kita ingin menghormati pihak-pihak yang terkait dengan tanggal tersebut. Untuk 17 Agustus, kita mau menghormati kita semua untuk “merayakan” hari Kemerdekaan kita. Untuk hari Nyepi, kita mau menghormati umat Hindu yang mau manjalankan ritual keagamaan tertentu di hari tersebut. Untuk hari Natal, kita mau menghormati umat Kristen yang mau merayakan Natal. Untuk Idul Fitri, kita mau menghormati umat Islam yang mau beribadah di hari itu, berkumpul beserta keluarga dan menyatakan rasa syukur setelah 1 bulan penuh berpuasa.

fo_small.jpgNah, mari kita ingat-ingat, apakah penghormatan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan tanggal tersebut sudah berjalan seperti yang diharapkan? Rasanya penghormatan tersebut masih menjadi milik kalangan tertentu, khususnya pegawai kantoran. Semua kantor biasanya meliburkan karyawannya pada tanggal merah. Tapi…, coba perhatikan toko-toko, terutama toko makanan dan Factory Outlet di Bandung, karyawannya tidak libur, bahkan mereka harus kerja keras. Saya paham, itu adalah peluang bisnis, tapi apakah harus dengan melanggar hak karyawan???

Bahkan, pada saat hari Raya Idul Fitri, hari Raya umat Islam terbesar di Indonesia, FO-FO di Bandung mulai buka pada siang hari. Walaupun saya tidak pernah melakukan survey, tapi dengan menebak banyaknya karyawan yang bekerja, serta prosentase umat Islam di Indonesia, saya cukup yakin bahwa banyak umat Islam yang terpaksa harus bekerja pada hari itu, pada Hari Raya paling istimewa mereka, bahkan melayani tamu-tamu toko yang non-muslim. Ini hanya contoh saja. Hal yang sama bisa terjadi pada pekerja umat Kristen di hari Natal. Menyedihkan ….

Jadi, tanggal merah itu berlaku untuk siapa? Hak siapa?

Menurut saya, hanya hal-hal yang berkaitan dengan layanan publik yang harus tetap jalan, misalnya petugas jalan tol, pom bensin, super market untuk kebutuhan makanan sehari-hari, apotik, rumah sakit dan sebagainya. Jika di Bali, pada hari Nyepi semua orang bisa menghormatinya, mengapa Idul Fitri tidak bisa?? Padahal ini adalah negara dengan komunitas muslim terbesar di dunia?

Saya sudah bisa menebak, alibi pemilik toko tersebut akan mengatakan bahwa karyawan mereka semua kerja secara sukarela, tanpa paksaan. Menurut saya itu tetap tidak bisa diterima. Di tengah kesulitan ekonomi, semua karyawan akan takut kehilangan pekerjaan dan mau melakukan apapun demi mempertahankan pekerjaannya. Lagi pula, bukan hanya urusan kerelaan, tapi sejauh mana pemilik toko itu menghormati karyawannya. Disinilah peran pemerintah dan ormas agama harus berperan.

Bagaimana menurut anda?

Iklan

Kesal Mengikuti Berita Kampanye Pilkada Jawa Barat!

Maaf, posting saya kali ini hanya ungkapan kekesalan (bukan keprihatinan lagi) sebagai warga Jawa Barat. Kalau tidak tertarik, atau dianggap tidak bermutu, jangan dibaca!

Membaca koran beberapa hari terakhir cukup bikin hati jadi mangkel.

Pembodohan masyarakat pada saat kampanye Calon Gubernur Jawa Barat semakin nyata. Setiap calon (ceritanya) mempunyai visi-misi, dan sampai hari ini program kerjanya entah tersimpan dimana? Media Center KPU pun tak punya dokumen tersebut. Saya perhatikan (maaf kalau saya salah, fakta saya hanya berita di koran), sebagian calon selalu menjanjikan solusi parsial yang nyata di setiap daerah kampanye dan kadang tidak nyambung dengan visi-misi yang sudah mereka banggakan.

Kampanye di daerah yang jalannya jelek, langsung janji membetulkan jalan. Seniman minta perhatian? langsung janji memajukan kesenian. Kampanye di daerah wisata? Janji meningkatkan infrastruktur untuk pariwisata! Inikah calon pimpinan yang akan memimpin puluhan juta masyarakat Jawa Barat?

Jadi Visi Misi mereka yang benar yang mana????

Satu hal lagi yang menarik, ada yang secara eksplisit mengklaim sudah mendapat dukungan dari RI-1 dan RI-2. Berarti RI-1 dan RI-2 tidak mendukung yang lain ya? Hari ini, calon yang lain ada yang memprotes hal itu!

Ajaib!!! Ajaib!!! Mustinya hal seperti ini hanya terjadi di Republik Mimpi dan tidak pernah terjadi di dunia nyata. Faktanya, malah sebaliknya!

Untung ada blog yang bisa melampiaskan kekesalan saya…..
Ya Allah, berilah kami pimpinan yang bisa memberikan kemakmuran kepada kami semua…

Kampanye Cerdik: Menyulap Aib Jadi Simpati

Dalam rangka kampanye, salah satu kandidat, ada yang meninjau gedung SD yang baru-baru ini ambruk dan menyatakan bahwa akan membantu rehabilitasi pembangunannya. Saya tidak habis pikir….!!! Buat saya itu tidak masuk akal!

Rubuhnya bangunan SD tersebut secara tidak langsung adalah tanggungjawab gubernur yang sekarang statusnya masih menjabat karena lemahnya pengawasan kondisi bangunan dan pembangunan sekolah di Jawa Barat.

Bagi calon tertentu, itu adalah aib yang mungkin harus ditutupi dari ekspos yang berlebihan! Dari kacamata lain, itu adalah musibah yang sepantasnya memang dibantu penanganannya oleh seorang Gubernur (bukan oleh Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur beserta rombongannya yang sedang kampanye!)

Faktanya, itu malah bisa dijadikan objek kampanye untuk menarik simpati masyarakat calon pemilih. Luar biasa!

Panggung Kampanye atau Panggung Hiburan?

Baca PR online pagi ini tentang kampanye hari pertama dari semua kandidat Gubernur Jawa Barat membuat hati saya makin prihatin. Saya coba baca pemberitaan dari semua kandidat, supaya tidak berat sebelah. Kesimpulan umumnya adalah sebagai berikut.

Semua kandidat menggunakan artis untuk memikat pengunjung. Harusnya mereka MIKIR! Berarti orang-orang yang datang kesana kemungkinan bukan simpatisan mereka, tapi penggemar artis tersebut. Berbahagialah para artis, anda lebih populer dari pada para kandidat! Para kandidat kurang PE-DE tanpa bantuan anda!

Sebagian kandidat sudah mulai memunculkan ukuran-ukuran keberhasilan, tapi “how to go there” nya belum tampak pada semua kandidat.

Inikah Contoh Kampanye yang Santun?

Tadi sore, ketika perjalanan dari Homman ke arah Dago, saya sempat memotret salah satu poster kampanye. Lalu setelah sampai rumah, saya membaca berita koran PR dengan judul ‘Kandidat Janjikan Kampanye Santun‘. He-he, jadi bertanya-tanya nih, apa yang dimaksud kampanye santun?

kampanye_tak_santun.jpg

Apakah menempel poster seenaknya seperti ini dan mengakibatkan kota semakin kotor termasuk kampanye santun? Menurut saya sih ini perbuatan yang kurang (baca: tidak) santun!

Bagaimana menurut anda?