Vista semakin ditinggalkan

More than one in every three new PCs is downgraded from Windows Vista to the older Windows XP, either at the factory or by the buyer. Under the terms of Microsoft’s end-user licensing agreement, Vista Business and Vista Ultimate can be “downgraded” to XP Professional; businesses that purchase Vista Enterprise can also downgrade to XP.

Although Microsoft retired Windows XP from mainstream availability at the end of June — it stopped shipping the seven-year-old operating system to retail and large computer makers — some OEMs have continued to offer new PCs with XP preinstalled by doing the downgrade at the factory. Hewlett-Packard Co., for example, has promised that it will offer the downgrade option on its business-class desktops, notebooks and workstations through July 2009.

For weeks now there’ve been rumors that major PC makers, like Hewlett-Packard, have been quietly selling PCs with a Vista license but actually shipping them with the now “outlawed” Windows XP installed (no doubt using the “downgrade” license loophole).

Christopher Null offers this conundrum:

One of the few nice things about Windows Vista is that you can legally choose not to use it.

Baca selengkapnya di
http://blogs.computerworld.com/vista_at_this_rate_nobody_will_be_using_it

Iklan

Intel Membenci Vista

Ada artikel menarik berjudul ‘Intel hates Vista’. Silakan baca selengkapnya di http://blogs.computerworld.com/intel_hates_vista

Banyak artikel lain yang senada dengan itu, diantaranya : “Why User Hates Vista?”

Saya  termasuk yang tidak tertarik dengan Vista. Punya laptop dengan bawaan Vista pun saya ganti dengan XP. Bagaimana dengan anda?

ZX Spectrum, Komputer Pertama Saya…

Ketika sedang memikirkan perkembangan komputer dari waktu ke waktu, saya berpikir ke belakang, ke awal dimana saya mulai mengenal dunia komputer tahun 1983-an pada saat saya SMA. Yang pasti saat itu belum ada Internet sama sekali, apalagi di Indonesia. Kahausan kami untuk mengetahui perkembangan teknologi di dunia hanya bisa terpenuhi dengan cara membaca majalah bekas. Di daerah Jalan Cikapundung Bandung, dekat kantor PLN bertebaran penjual majalah bekas, termasuk majalah-majalah dari luar negeri.

Saya termasuk yang rajin membeli majalah-majalah bekas tersebut, naik motor Bebek C70. Biasanya paling baru sekitar 6 bulanan sejak penerbitannya. Kadang ada yang berbisik menawarkan majalah PLAYBOY. Untung saja harga majalah PLAYBOY bekas jauh lebih mahal, sehingga uang jajan saya tidak pernah cukup untuk membelinya. Ha-ha-ha….

Itulah ukuran delay informasi pada saat itu bagi saya, yaitu sekitar 6 bulan. Langganan majalah dari luar adalah sesuatu yang impossible untuk ukuran saya waktu itu…. Bayangkan, hari ini kita bisa mendapatkan informasi yang sama cepatnya di seluruh belahan dunia dengan Internet.

Seorang teman di kelas saya (namanya Samudra, pernah kuliah di Mesin ITB, sekarang entah dimana) yang sama-sama penikmat majalah bekas bertema teknologi memperlihatkan iklan satu komputer yang benama ZX81 kepada saya. Kami sering membahasnya, walaupun hanya dalam imajinasi kami. Karena bertanya ke sekeliling atau ke guru pun tak ada yang lebih tahu mengenai barang itu? Perlu diketahui bahwa pada saat itu sudah mulai ramai penggunaan kalkulatur CASIO FX-3600P yang bisa diprogram, tapi sangat terbatas. Paling-paling hanya untuk implementasi rumus ABC.

Kami membayangkan indahnya bisa membuat program komputer dengan lebih leluasa, apalagi bisa membuat grafik di layar.

Karena sudah tidak kuatnya membayangkan apa-apa yang bisa dilakukan dengan barang tersebut, saya memberanikan diri membawa sobekan halaman iklan majalah tersebut kepada almarhum ayah saya. Saya menjelaskan sebisanya kepada beliau dan menjanjikan satu prestasi belajar yang lebih baik sebagai konsekuensinya kalau saya dibelikan barang itu. Saya lupa harganya berapa, tapi seingat saya, harganya adalah sesuatu harga yang masuk akal untuk ukuran kurs dan daya beli waktu itu.

Singkatnya, beberapa bulan kemudian, ayah saya membawa sebuah dus yang berisi barang yang saya mimpikan tersebut. Di beli dari Singapura dengan cara ‘nitip’ kepada orang yang kebetulan sedang pergi kesana (saat itu beluam ada yang jual di Indonesia). Hore!!! Surprise! Ternyata barang yang saya peroleh adalah Sinclair ZX-Spectrum, versi yang lebih baru yang bisa menampilkan warna. Luar biasa!!!
Sejak itu, saya tidak bisa lepas dari dunia komputer! Dan sekarang saya tidak sendirian, paling tidak ada puluhan juta manusia di Indonesia yang saat ini sehari-hari tidak bisa lepas dari komputer.

Sekedar untuk mebayangkan, sehebat apa si Sinclair ZX-Spectrum tersebut? Prosesor 8 bit Zilog Z80, dengan kecepatan clock 3.5 MHz (Laptop saat ini, kira-kira mempunyai clock speed 1000 kali lebih cepat). RAM ZX Spectrum adalah 48KB (laptop saat ini kira-kira mempunyai RAM dengan kapasitas 20.000 kali lebih besar). Storage yang umum adalah kaset audio menggunakan tape recorder biasa yang dihubungkan diluar. Resolusi grafiknya hanya 256 x 192 pixel – 16 warna, bandingkan dengan rata-rata laptop sekarang yang 1280 x 800 pixel, minimal 16 juta warna.

Bentuknya sebesar laptop sekarang, tapi tanpa layar, tanpa batere, tanpa hardidks, tanpa drive CD. Displaynya menggunakan TV biasa. Sampai sekarang saya masih menyimpan komputer tersebut di lemari saya di kantor. Jika dulu ayah saya tidak membelikan barang ajaib itu, mungkin perjalanan hidup saya jadi berbeda. Mungkin bukan saya yang membuat Text to Speech Bahasa Indonesia yang pertama yang bisa dimanfaatkan oleh tunanetra. Semoga ini semua menjadi bagian dari amal jariah almarhum ayah saya.

Help: Cari RAM Untuk Fujitsu Lifebook Tablet P1510

Saya punya Fujitsu Lifebook Tablet P1510 mungil dengan layar 9 inchi. Memory bawaannya 512MB dan ingin saya upgrade menjadi 1GB atau lebih. Sudah keliling-keliling di Bandung tidak ada yang punya memorinya. Katanya ukurannya tidak standar. Jika ada yang punya info dimana mendapatkan memori tersebut (prefer di Bandung), mohon bisa berbagi info. Terima kasih.

Hati-hati memilih USB hub!

Sejak USB diperkenalkan, maka hampir semua periferal komputer menggunakan interface tersebut. Kini, rata-rata PC atau laptop memiliki 2 sampai dengan 4 port USB yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan berbagai periferal. Beberapa keunggulan USB adalah sebagai berikut.

(1) Menggunakan teknik komunikasi data serial, sehingga jumlah saluran yang dibutuhkan tidak banyak. Berbeda dengan interface printer jaman dulu yang menggunakan paralel, atau interface harddisk kecepatan tinggi SCSI.

(2) USB mudah di-expand menggunakan hub USB. Pada saat kita kekurangan jumlah port USB, pasang hub, maka jumlanya akan bertambah tergantung jumlah anak si-hub tersebut.

(3) Saluran pada interface USB dilengkapi dengan saluran sumber daya yang diambil dari induknya. Hal ini memungkinkan berbagai periferal yang tidak memerlukan energi yang besar untuk memanfaatkan sumber daya tersebut, sehingga tidak memerlukan batere. Sebagai contoh FLASH DISK yang sudah sangat sering kita gunakan, akan memanfaat sumber daya yang tersedia di port USB selama FLASHDISK tersebut kita gunakan.

(4) dan berbagai keuntungan lainnya.

Perlu diketahui bahwa saat ini ada dua standar USB yang banyak digunakan, yaitu USB versi 1.x dan USB versi 2.x Secara umum, USB 2.x menawarkan kecepatan transfer data yang jauh lebih tinggi dari USB 1.x

Contoh Hub Murah (15 ribu), 4 port

Karena banyaknya periferal yang perlu saya hubungkan ke laptop, baru-baru ini saya membeli sebuah USB Hub. Kepada penjualnya saya menanyakan, apakah hub tersebut mengikuti standar USB 1.x atau USB 2.x. Penjualnya meyakinkan bahwa hub tersebut adalah untuk USB 2.x. Harganya super murah, hanya 15 ribu (kurang dari 2 USD) untuk 4 port. Setelah saya coba, ternyata tidak dapat bekerja pada kecepatan USB 2.x. Pada saat saya menghubungkan langsung flashdisk ke USB port di laptop, flashdisk dapat berjalan pada kecepatan maksimumnya. Tetapi ketika dihubungkan melalui hub murahan tersebut, muncul pesan yang menyatakan bahwa flashdisk tersebut akan dapat bekerja pada kecepatan yang lebih tinggi jika dihubungkan pada port USB yang support kecepatan tinggi (versi 2.x). Atau dengan kata lain, port keluaran dari hub tersebut tidak memenuhi spesifikasi USB 2.x

Contoh USB 7 port dengan sumber daya eksternal

Hal lain yang harus diperhatikan ketika memilih USB hub adalah kapasitas arus yang tersedia. Ada hub yang menggunakan sumber daya eksternal (ada power supply-nya), ada juga yang tidak. Nah, untuk hub yang tanpa sumber daya eksternal, maka semua beban arusnya akan dibebankan pada satu sumbernya dari laptop atau PC, sehingga arus di tiap port akan terbagi dan jumlahnya tidak pernah melampaui jumlah sumbernya. Sebagai akibatnya, jangan kaget kalau ada periferal yang tidak akan berjalan dengan baik. Salah satu periferal yang memerlukan arus yang cukup besar adalah harddisk eksternal.

Jadi, jika anda mau menghubungkan banyak periferal eksternal dan mengharapkan kecepatan yang tinggi, pilihlah USB Hub yang berkualitas dan menggunakan sumber daya eksternal.

Memanjakan mata dengan monitor 19 inchi wide

Setelah sekian lama gonta-ganti laptop, akhirnya saya merasakan mulai nyaman dengan monitor 14 inchi wide. Konon mata manusia memang lebih nyaman menikmati tampilan WIDE daripada berbentuk kotak seperti monitor lama dan TV lama. Akhirnya kenyamanan itu terusik dengan berat serta dimensi laptop yang terlalu besar untuk digendong kemana-mana.

Sebagai solusi ekstrim, pilihan jatuh cinta ke Tablet 10 inchi dari Fujitsu. Setelah dirasa-rasakan, mulailah timbul persoalan baru, si Fujitsu kecil itu ternyata tidak dapat menggantikan fungsi laptop sebelumnya. Tidak nyaman kerja berat di komputer sekecil itu, keyboardnya terlalu kecil, dan layarnya juga terlalu kecil dan melelahkan untuk kerja terlalu lama.

Akhirnya, melirik Acer 12 inchi wide. Kenapa Acer? Ha…3x, BEST BUY!

Laptop 12 inchi wide kelihatannya adalah kompromi terbaik. Tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil juga dan cukup mudah dibawa. Setelah setengah tahun dijalani, juga dengan bertambahnya usia saya dan kondisi mata saya, ternyata si laptop 12 inchi itu terasa melelahkan juga jika kita harus bekerja terlalu lama. Kita harus selalu duduk tegak supaya jarak ke monitor 12 inchi tersebut terjaga cukup dekat agar semua informasinya terbaca. Satu jam kerja masih kuat. kalau 4-5 jam, wah…., rasanya tambah buram mata ini melihat….

Apa solusinya? Laptop besar berat dibawa. Laptop terlalu mungil tidak nyaman digunakan. Laptop sedang (12 inchi) masih terkendala untuk digunakan berlama-lama. Akhirnya coba-coba beli LCD monitor 19 inchi yang resolusi 1440×900. Ketika di rumah, laptop hanya jadi sekotak CPU yang poweful. Saya hubungkan ke LCD eksternal 19 inchi wide, keyboard external dan bbrp storage external dengan total lebih dari 1 Tera Byte. Akhirnya menemukan satu kenyamanan baru. Saya bisa kerja sambil duduk santai bersandar ke kursi dan melihat layar dengan nyaman, bahkan tanpa kacamata yang biasa selalu saya pakai.

Semoga sharing ini bermanfaat untuk anda yang sering berjam-jam di depan komputer dan mulai sering merasa lelah mata ketika terlalu lama bekerja.

– Arry Akhmad Arman –