Fungsi “Halte Bis” di Bandung Tidak Dijaga!

Salah satu masalah semrawutnya angkot di kota Bandung adalah tidak adanya halte atau tempat berhenti untuk menaikan atau menurunkan penumpang. Namun, paling tidak, kalau kita perhatikan, di Bandung ini ada rambu-rambu tempat berhenti untuk bis kota. Nah, kalau kita perhatikan lokasi-lokasi halte bis kota tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada “niat” dari Pemkot Bandung untuk memelihara agar fungsinya berjalan seperti seharusnya.

Saya kadang bingung, yang dipikirkan oleh para pengelola kota ini adalah solusi-solusi canggih yang hebat, perlu effort besar untuk implementasinya, perlu biaya besar untuk mewujudkannya, tapi MENGABAIKAN HAL-HAL DI DEPAN MATA yang seharusnya dibereskan.

Salah satu hal yang tidak mendapat perhatian serius adalah pemeliharaan fungsi HALTE BIS. Hampir semua halte bis di Bandung telah terganggu, bahkan berubah fungsi sedemikian rupa sehingga tidak dapat digunakan sesuai fungsi yang diinginkannya. Silakan perhatikan dua foto berikut.

halteu01_small.jpg

Halte bis berubah menjadi pangkalan taksi! Masih bisakah bis berhenti disini?

 

halteu02_small.jpg
Jualan tepat di halte bis. Masih bisakah bis berhenti disini?

Sulitkah menertibkan hal tersebut? Sulit mana dengan membuat jalan layang? Sama seperti urusan kaki lima, alasan yang saya dengar selalu “kurangnya jumlah personil dan jumlah biaya operasi” untuk menertibkannya. Maaf saja, menurut saya itu alasan yang keluar dari orang yang tidak kreatif! Bahkan stupid! Masih banyak cara untuk menertibkan dengan effort yang tidak terlalu besar. Lakukan saja patroli secara kontinyu tapi random. Dan pikirkan satu hukuman yang merepotkan, tapi mendidik. Saya kira 4 mobil patroli yang jalan secara random ke berbagai tempat di Bandung cukup membuat pelaku pelanggaran ketar-ketir juga!

Bagaimana menurut anda?

– Arry Akhmad Arman –

Iklan

Memanjakan mata dengan monitor 19 inchi wide

Setelah sekian lama gonta-ganti laptop, akhirnya saya merasakan mulai nyaman dengan monitor 14 inchi wide. Konon mata manusia memang lebih nyaman menikmati tampilan WIDE daripada berbentuk kotak seperti monitor lama dan TV lama. Akhirnya kenyamanan itu terusik dengan berat serta dimensi laptop yang terlalu besar untuk digendong kemana-mana.

Sebagai solusi ekstrim, pilihan jatuh cinta ke Tablet 10 inchi dari Fujitsu. Setelah dirasa-rasakan, mulailah timbul persoalan baru, si Fujitsu kecil itu ternyata tidak dapat menggantikan fungsi laptop sebelumnya. Tidak nyaman kerja berat di komputer sekecil itu, keyboardnya terlalu kecil, dan layarnya juga terlalu kecil dan melelahkan untuk kerja terlalu lama.

Akhirnya, melirik Acer 12 inchi wide. Kenapa Acer? Ha…3x, BEST BUY!

Laptop 12 inchi wide kelihatannya adalah kompromi terbaik. Tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil juga dan cukup mudah dibawa. Setelah setengah tahun dijalani, juga dengan bertambahnya usia saya dan kondisi mata saya, ternyata si laptop 12 inchi itu terasa melelahkan juga jika kita harus bekerja terlalu lama. Kita harus selalu duduk tegak supaya jarak ke monitor 12 inchi tersebut terjaga cukup dekat agar semua informasinya terbaca. Satu jam kerja masih kuat. kalau 4-5 jam, wah…., rasanya tambah buram mata ini melihat….

Apa solusinya? Laptop besar berat dibawa. Laptop terlalu mungil tidak nyaman digunakan. Laptop sedang (12 inchi) masih terkendala untuk digunakan berlama-lama. Akhirnya coba-coba beli LCD monitor 19 inchi yang resolusi 1440×900. Ketika di rumah, laptop hanya jadi sekotak CPU yang poweful. Saya hubungkan ke LCD eksternal 19 inchi wide, keyboard external dan bbrp storage external dengan total lebih dari 1 Tera Byte. Akhirnya menemukan satu kenyamanan baru. Saya bisa kerja sambil duduk santai bersandar ke kursi dan melihat layar dengan nyaman, bahkan tanpa kacamata yang biasa selalu saya pakai.

Semoga sharing ini bermanfaat untuk anda yang sering berjam-jam di depan komputer dan mulai sering merasa lelah mata ketika terlalu lama bekerja.

– Arry Akhmad Arman –

Perlukah semua transaksi menggunakan token, bahkan harus dua kali?

Saat ini saya adalah pengguna Internet Banking dari 4 Bank besar di Indonesia. Tiga diantaranya harus menggunakan token (pin atau alat khusus) untuk bertransaksi, satu diantaranya tanpa token. Saya paham bahwa token tersebut dibuat untuk meningkatkan keamanan bertransaksi melalui Internet Banking.

Keamanan biasanya selalu bertolak belakang dengan kanyamanan. Transaksi tanpa token dirasa lebih nyaman, praktis, dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, tanpa terganggu dengan ada tidaknya token di sebelah kita. Ketika token tidak ada di sebelah kita (mungkin tertinggal di rumah, atau memang saat itu memang tidak dibawa karena mungkin tidak diperlukan), maka transaksi tidak dapat dilakukan.

Ada beberapa hal yang menarik untuk kita kaji berkaitan dengan token ini, yaitu sbb.

1. Apakah token diperlukan untuk semua transaksi?
Mungkin ada yang tidak terpikirkan oleh saya. Satu account Internet Banking dapat digunakan untuk mengakses beberapa account dari orang yang sama (CIF sama) di Bank. Rasanya, jika kita memindahkan dana dari satu acount milik kita ke account lainnya miliki kita juga, tentunya tidak ada resiko keamanan yang mungkin terjadi (tolong koreksi kalau saya salah). Jika benar dugaan saya, tentunya transaksi tersebut tidak perlu menggunakan token, sehingga lebih nyaman untuk nasabah. Untuk pihak bank juga akan mengurangi beban prosesor.

2. Apakah penggunaan token perlu dua kali?
Ada bank yang mensyaratkan dua kali penggunaan token untuk satu transaksi. Betapa tidak nyaman untuk user. Apalagi kalau transaksinya jumlahnya kecil atau bahkan pemindahan dana dari satu account ke account kita sendiri. Satu kali saja deh, jangan dua kali, terlalu repot!

– Arry Akhmad Arman –

Hati-Hati Menggunakan SMS Banking

Di satu sisi, SMS Banking menawarkan kemudahan bertransaksi. Namun, perlu hati-hati, SMS Banking sangat berpotensi menimbulkan masalah serius dalam transaksi keuangan anda. Salah satu potensi masalah adalah tidak adanya respon sama sekali ketika kita memberikan perintah SMS Banking.

Sebagai contoh, saya pengguna SMS Banking BNI. Cukup sering mengalami situasi yang saya gambarkan di atas. Bahkan suatu ketika, pagi hari, saya pernah harus melakukan transaksi penting yang saya lakukan melalui SMS Banking. Setengah jam, tidak ada respon. Akhirnya telpon ke Bank. Pihak Bank meyakinkan bahwa transaksi tersebut tidak dijalankan, jadi saya boleh mengulang transaksi tersebut.

Sore hari saya kaget dengan adanya SMS balasan (balasan dari SMS yang saya kirim pagi), menyatakan bahwa transaksi yang saya minta sudah SUKSES dijalankan. Wah repot kalau sudah begini. Padahal petugas BNI yang saya telpon sudah menjamin bahwa transaksi tersebut tidak dieksekusi. Secara teknis bisa dipahami, berarti terjadi delay yang lama di operator telekomunikasinya. Lalu? Apakah hal ini adalah sesuatu yang wajar dan harus dimaklumi? Menurut saya tidak!!! Ini masalah yang harus dicari jalan keluarnya!

Saya juga pernah turut serta dalam satu pertemuan antara customer dengan suatu operator GSM di Indonesia. Operator minta berbagai masukan/keluhan dari customernya untuk tujuan perbaikan. Menariknya, salah satu yang banyak dikeluhkan adalah layanan SMS Banking yang sering bermasalah, tidak ada respon.

Saya kira, Bank, Operator Telekomunikasi serta pihak-pihak terkait untuk melindungi nasabah harus mulai memikirkan hal ini supaya tidak merugikan customer. Bayangkan, kalau terlalu banyak transaksi yang anda kelola, dan anda tidak punya waktu untuk mengeceknya satu persatu, mungkin saja anda sudah mengirim uang ke pihak lain lebih dari satu kali (seharusnya satu kali), hanya gara-gara kelemahan SMS Banking ini.

Pemeliharaan Internet-Banking Perlu Lebih dari 24 jam?

Seingat saya, Bank Niaga adalah sejumlah Bank yang termasuk early adopter dalam menerapkan Internet Banking di Indonesia bersama beberapa bank lainnya. Saya sendiri adalah pengguna Internet Banking Bank Niaga sejak tahun 2002.

Belakangan ini, Internet Bankingnya sering bermasalah. Sering berhadapan dengan halaman yang menyatakan bahwa “sistem sedang dalam pemeliharaan”. Dan menariknya, pemeliharaan tersebut dilakukan pada jam kerja. Mengapa tidak tengah malam ketika transaksi minimum?

Sering juga, ada error ketika akhir transaksi, dan tetap error walaupun transaksinya diulang. Report error yang muncul biasanya suatu kode dan anjuran untuk call 14041. Menariknya, 14041 sering tidak ngerti kode error tersebut. Kalau sudah begitu, beberapa pengalaman menghubungi 14041, saya bisa harus menunggu (sambil mendengarkan lagu) beberapa menit untuk mendapat jawaban yang sering tidak mamuaskan juga. “Silakan coba beberapa jam lagi Pak, memang sedang ada sedikit perbaikan.”
Wah cape deh!

Terakhir kali saya mengalami masalah adalah hari Sabtu, 26 Januari 2008, pagi. Pesan yang muncul di layar kira-kira “Maaf, sedang ada pemeliharaan rutin, …. untuk peningkatan layanan”. Minggu pagi masih belum selesai juga yang namanya pemeliharaan rutin tersebut. Minggu sore entah baru jalan lagi. Berarti lebih dari 24 jam diperlukan untuk pemeliharaan. Rasanya di jaman serba cepat ini, pemeliharaan 24 jam terlalu lama!!! Apalagi itu cukup sering terjadi.

Ada beberapa pemikiran saya yang mudah-mudahan bisa membantu.
1. Rencanakan pemeliharaan sebaik mungkin, sehingga waktu penghentian layanan bisa dibuat seminimal mungkin.
2. Sedapat mungkin, lakukan pemeliharaan pada jam-jam yangt transaksinya minimum, misalnya tengah malam.
3. Berikan informasi yang cukup kepada nasabah, misalnya, kapan masa pemeliharaan tersebut akan selesai.

Semoga pemikiran ini bermanfaat untuk kemajuan layanan Internet Banking di Indonesia, khususnya untuk Bank Niaga. Sementara ini saya masih tetap nasabah setia Bank Niaga.

– Arry Akhmad Arman –