Kecelakaan Akibat Kelalaian Ketika Bermain Flying Fox di Sindang Reret

Pada tanggal 31 Desember 2010, anak kami mengalami patah tulang sikut karena bermain FlyingFfox di Restorant/Hotel Sindang Reret Lembang, sehingga harus dioperasi (beberapa bulan lagi akan menyusul operasi kedua). Musibah ini terjadi karena kelalaian penyelenggara, tidak melakukan pengereman, sehingga anak kami sampai ke tujuan dengan kecepatan tinggi. Jenis Flying Fox yang dinaiki adalah menggunakan sepeda yang digantung, seperti terlihat pada foto berikut.

Permainan Flying Fox yang Menyebabkan Kecelakaan

Pihak Sindang Reret hanya mengutus Manajer Operasional utk memperjelas kronologis segera setelah kami lapor dan mengambil beberapa foto anak kami dan foto hasil rontgent sebagai bukti. Dan pada saat itu, bahkan mengatakan asuransi pun (Rp 1.5 juta) tidak mungkin di-claim karena sudah lebih dari 1×24 jam. Kejadian adalah hari Jumat, 31 Des 2010, akhir tahun. Saya ingatkan pada saat itu utk mencoba hubungi asuransi karena kejadiannya akhir tahun dan ada hak otomatis dari setiap pembayar premi. Saya juga menegaskan bahwa ini terjadi akibat kelalaian Sindang Reret, bukan kecelakaan murni seperti tergelincir, kena dahan patah dan sebagainya. Saya juga sampaikan bahwa saya tidak akan menuntut, tapi saya menunggu sikap Sindang Reret menyikapi tangungjawab atas kelalaian ini.

Bagi kami, yang sangat mengecewakan, tidak ada sikap serius dari pemilik atau direktur Sindang Reret atas kejadian ini. Tidak ada yang menjenguk ke RS pada saat anak kami dioperasi, padahal pihak Sindang Reret sudah menanyakan ruang perawatan dan jadual operasi, sehari sebelum operasi dilakukan. Demikian sibuk kah mereka? atau menganggap ini urusan sepele? Pihak manajer melalui SMS-nya mengatakan bahwa kejadian ini sudah di-sounding ke direktur/pemilik, jadi harusnya mereka sudah tahu (atau pihak manajer-nya berbohong?)

SMS dari saya kepada Manajer Sindang Reret (Pak Maman) untuk meyakinkan bahwa informasi sudah sampai kepada direktur atau pemiliknya, dan jawabannya dari pak Maman.
SMS dari saya kepada Manajer Sindang Reret (Pak Maman) untuk meyakinkan bahwa informasi sudah sampai kepada direktur atau pemiliknya, dan jawabannya dari pak Maman.

 

Menariknya, ketika setelah operasi saya sindir melalui SMS tentang sikap Sindang Reret yang NO-ACTION, malah pihak asuransi yang langsung menelpon saya untuk urusan asuransi Rp 1.5jt, seolah itu yang saya tunggu dan urusan selesai dengan asuransi tsb. Betapa tersinggung-nya kami melihat sikap ini. Dimana tanggungjawab Sindang Reret atas kelalaian-nya???? Ini bukan kecelakaan murni!!! Tapi kelalaian yang bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan lebih fatal!!!

Alangkah lebih pantas kalau pemilik Sindang Reret datang ke RS, menjenguk anak kami. Itu akan menjadi obat yang luar biasa buat kami. Walaupun, tetap akan ada bekas jahitan 10 cm yang akan membekas terus dalam diri anak kami sampai dewasa nanti.

Jahitan Operasi di Sikut Sekitar 10 cm
Jahitan Operasi di Sikut Sekitar 10 cm

Akhirnya, untuk menghilangkan rasa penasaran dan berburuk sangka, saya coba kontak pihak pemilik melalui jalur lain. Setelah berhasil kontak, saya mendapat penjelasan bahwa pihak pemilik belum  mengetahui sama sekali tentang kejadian tersebut. Sehari setelah berhasil di kontak langsung melalui jalur lain (bukan melalui manajer-nya), pihak pemilik Sindang Reret datang menunjukkan perhatiannya ke rumah menyampaikan permohonan maaf, menjelaskan bahwa pemilik belum mengetahui kejadian tersebut, dan menawarkan bantuan yang dapat dilakukan. Akhirnya saya putuskan bahwa persoalan ini dianggap selesai tanpa tuntutan apapun dari pihak kami kepada pihak SINDANG RERET. Terima kasih atas perhatian dari pemiliknya.

Ada beberapa pembelajaran yang dapat ditarik dari kejadian ini:

  1. Penyelenggara permainan seperti ini harus mengutamakan safety. Peralatan minimum serta tim penanggulangan kecelakaan yang memadai harus selalu siap.
  2. Asuransi harus diperhitungkan lebih REALISTIS, betul-betul untuk meng-cover berbagai kemungkinan kecelakaan yang dapat terjadi, baik kecelakaan murni maupun kelalaian. Maaf saja, asuransi sebesar Rp 1.5 juta sangat tidak cukup seandainya harus menjalani operasi (operasi tulang pada umumnya dilakukan 2 kali). Bahkan tidak semua tempat seperti itu dilengkapi dengan asuransi.
  3. Komunikasi Manajemen Internal dalam Organisasi penyelenggara harus memungkinkan penyampaian informasi dengan cepat ke pimpinan tertinggi/pemilik JIKA TERJADI KECELAKAAN, sehingga langkah-langkah antisipasi dengan cepat dapat dilakukan untuk kebaikan berbagai pihak. Dalam kasus kecelakaan yang terjadi di SINDANG RERET ini, INFORMASI TIDAK SAMPAI kepada pimpinan/pemilik, sehingga hanya ditanggulangi oleh manajemen menengah.
  4. Pemerintah (Dinas Pariwisata?) sudah mulai harus melakukan pengawasan untuk meyakinkan faktor safety pada permainan seperti ini. Kalau perlu harus ada syarat sertifikasi bagi personil-personil yang mengoperasikannya.

Mudah-mudahan ini jadi pembelajaran untuk kita semua. Yakinkanlah akan keselamatan sebelum anak-anak kita mengikuti permainan seperti ini. Waktu yang terbuang, kekesalan, cacat dan sebagainya mungkin tidak akan cukup terobati dengan asuransi yg ditawarkan.

Foto-foto yang lebih lengkap, serta komentar dari berbagai pihak atas kejadian ini dapat dibaca di halaman facebook saya.

Iklan

Nasib Pejalan Kaki yang Sebenarnya di Bandung

Di tengah berbagai pujian terhadap Car Free Day setiap minggu pagi di jalan Dago kota Bandung yang seolah-olah memberikan kenyamanan bagi para penikmat jalan kaki, sebenarnya banyak realita sebaliknya yang terjadi di kota Bandung. Perhatikan dua foto berikut.

Pejalan Kaki dan Galian di Kota Bandung

Pejalan Kaki dan Galian di Kota Bandung

Penggalian di Kota Bandung biasanya dilakukan “seenaknya” tanpa memperhitungkan atau meminimisasi dampak berkurangnya kenyamanan dan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Foto ini memperlihatkan contoh tersebut. Pejalan kaki harus meniti pinggirian selokan yang sangat tipis… Bayangkan kalau ibu-ibu yang sudah tua atau anak seorang ibu membawa anak kecil, apa yang harus dilakukan ??? Sementara itu, kalau memilih berjalan di badan jalan, “siap-siap diserempet motor atau angkot”.

Motor siap menyerempet kita andai kita berjalan di badan jalan

Motor siap menyerempet kita andai kita berjalan di badan jalan

Sebenarnya ini hanya contoh kecil saja…. Penyebabnya dalam hal ini adalah penggalian yang sifatnya sementara……….  Banyak hal seperti ini yang sifatnya permanen, karena trotoar diijinkan untuk digunakan sebagai parkir permanen untuk tempat usaha……….

Bagaimana menurut anda??

Berita memprihatinkan: “LKPJ Wali Kota Bandung 2008 dan 2009 Hanya Copy Paste”

Membaca berita dari detik.com tentang LKPJ Walikota Bandung, sungguh memprihatinkan. Berikut adalah kutipannya dari bandung.detik.com (http://bandung.detik.com/read/2010/04/23/172800/1344347/486/lkpj-wali-kota-bandung-2008-dan-2009-hanya-copy-paste):

Bandung – Anggot Pansus Laporan Pertanggung Jawaban (LKPJ) DPRD Kota Bandung Tedi Rusmawan menyatakan LKPJ  Wali Kota Bandung 2008 dan 2008 hanya copy paste. Hal itu mengindikasikan permasalahan Pemkot terkesan itu-itu saja.

“Bisa dilihat sendiri kalau itu banyak yang copy paste, redaksionalnya juga sama,” ujar Tedi saat ditemui di ruang kerjanya Fraksi PKS Kantor DPRD Kota Bandung, Jalan Aceh (23/4/2010).

Lebih lanjut Tedi mengatakan, dalam LKPJ tersebut ada 38 ketidakberhasilan Pemkot Bandung di tahun 2009.Namun alasan kegagalan di tahun 2009 tersebut nampak sama dengan tahun sebelumnya.

“Kalau alasannya sama tahun 2008 dan 2009, masa sih dari tahun ketahun permasalahannya sama, tidak bertambah, tidak berkurang,” terangnya.

Pantauan detikbandung, tampak jelas laporan pertanggungjawaban pendidikan Pemkot tahun 2009 sama persis dengan taun 2010. Bentuk tulisan hingga kalimatnya pun sama. “Kalau mau dibaca semua masih banyak yang sama, perhatikan saja,” ujar Tedi.(avi/dip)

Bagaimana menurut anda?

Kritik Mambangun untuk Halte Kota Bandung

Sepulang menjalankan ibadah haji Desember 2009, saya cukup surprise melihat ada beberapa halte (tempat pemberhentian) transportasi umum di jalan Dago Bandung. Selama ini, halte tersebut hampir tidak ada di kota ini. Saya pikir, luar biasa, selama 40 hari kota Bandung sudah melakukan banyak kemajuan pesat. Bentuknya nampaknya seragam, memperlihatkan ada satu rencana khusus yang direncanakan oleh kota ini. Saya perhatikan, tampaknya hanya halte saja yang dibangun, belum dibarengi dengan program untuk menertibkan angkot dan para penggunanya. Sebagai orang yang baru pulang haji, saya harus menjauhkan buruk sangka; mungkin program “perbaikan perilaku” nya menyusul.

Sekarang sudah hampir bulan April dan saya belum melihat ada hal lain yang dilakukan kecuali membangun halte tersebut. Bahkan beberapa halte sudah tampak sering beralih fungsi; sebagian menjadi tempat mangkal para penjual; sebagian lainnya jadi tempat parkir taksi permanen; sebagian lagi menjadi tempat parkir anak-anak sekolah. Wah…., dari pada memberikan manfaat, malah menambah masalah baru. Ternyata di kota ini memang masih banyak yang senang dengan membuat program-program yang tidak tuntas tampaknya. Seringkali program-program yang tidak tuntas tersebut malah membuat persoalan menjadi semakin kompleks daripada menyelesaikan masalah. Contoh, pedagang sayur di simpang dago pernah dialihkan ke Tubagus Ismail. Sesaat Dao menjadi lebih asri dan lancar, sekarang malah, Dago kembali penuh pedagang, demikian juga di Tubagus Ismail. Jadi, dalam hal ini malah menjadi “program perluasan area kaki lima”.

Halte Transportasi Kota Bandung
Halte Transportasi Kota Bandung

Selain itu, dengan itikad baik, saya ingin memberikan beberapa kritik membangun untuk bentuk Halte Kota Bandung yang baru dibangun:

  1. Seharusnya halte menjadi tempat berlindung dari panas, hujan, bahkan kejahatan. Jika melihat bentuknya, halte kota Bandung kurang memberikan perlindungan tersebut. Sepertinya tidak ada penerangan yang akan membuat menjadi lebih aman di malam hari. Bantuknya yang sangat terbuka tidak melindungi dari hujan, padahal kita tahu, paling tidak di Indonesia setengah tahun akan diguyur hujan terus.
  2. Informasi NAMA HALTE harusnya terbaca dari kejauhan. Pada Halte Kota Bandung, nama halte malah tertulis dengan ukuran kecil, yang besar malah tulisan “BANDUNG BERMARTABAT”.
  3. Informasi tambahan di halte harusnya mudah dibaca. Pada foto tampak ada informasi yang ditulis di dinding belakang. Posisi informasi tersebut sangat tidak menguntungkan karena jika banyak orang disana, maka akan terhalangi. Selain itu, informasi mengenai peta, rute dan sebagainya sebaiknya dibuat fleksibel untuk diganti.
  4. Halte dapat menjadi peluang pendapatan. Di beberapa negara maju, saya perhatikan, halte pada umumnya dimanfaatkan juga iklan, tetapi tetap tidak mengganggu fungsi utamanya. Dari pada membuat jembatan penyebrangan yang jelas tidak diperlukan, saya pikir lebih baik membuat iklan cantik di Halte Transportasi Umum.

Bagaimana menurut anda???

Babakan Siliwangi, tidak sekedar perlu dipertahankan, tapi …

Sudahkah anda melihat sendiri kondisi Babakan Siliwangi yang belakangan ini ramai dibicarakan?

Jika ada yang mengatakan sebagai hutan kota atau paru-paru kota, rasanya kurang tepat juga. Tidak begitu banyak area berpohon lebat disana. Begitu banyak area terbuka yang tidak ditanami pohon. Namun karena minimnya area seperti itu di Bandung, bolehlah kita sebut itu hutan kota yang masih harus kita selamatkan.

Jika ditinjau dari keindahan, terus terang saja, banyak bagian yang tidak indah disana.

Satu fakta lagi, sebagian area itu telah menjadi area parkir mobil-mobil bagus mahasiswa ITB.

Lalu, apakah kita harus merelakan rencana Pemkot untuk menyulap area tersebut menjadi hutan beton yang lebih indah? Tentu tidak!!! Tapi, tidak berarti juga kita hanya berteriak untuk menyelamatkannya dan membiarkannya dalam kondisi seperti sekarang! Harus ada upaya-upaya bersama untuk meningkatkan fungsi Babakan Siliwangi menjadi paru-paru kota yang sesungguhnya, menjadi ruang terbuka yang lebih indah dan terawat! Kalau perlu kita demo agar area tersebut tidak dijadikan lahan parkir! mahasiswa ITB! Jika kenyataannya sekarang disitu tidak terpelihara, hanya dijadikan lahan parkir, juga tidak indah-indah amat, maka Pak Walikota dengan mudah membuka mata semua orang bahwa usulan yang akan dilakukan jauh lebih baik dari kondisinya sekarang.

Nah supaya semua tahu kondisi yang sesungguhnya, mari kita lihat foto-foto berikut.

Showroom mobil-mobil mahasiwa ITB di Babakan Siliwangi

Showroom mobil-mobil mahasiwa ITB di Babakan Siliwangi (klik untuk memperbesar foto)

Seorang mahasiswa ITB baru saja memarkirkan mobil bagusnya di Babakan Siliwangi (klik untuk memperbesar foto)

Seorang mahasiswa ITB baru saja memarkirkan mobil bagusnya di Babakan Siliwangi (klik untuk memperbesar foto)

Banyak juga area kosong tanpa pohon dan bangunan kumuh (klik untuk memperbesar foto)

Banyak juga area kosong tanpa pohon dan bangunan kumuh (klik untuk memperbesar foto)

Area Terbuka Untuk Berbagai Kegiatan Banyak juga area kosong tanpa pohon dan bangunan kumuh (klik untuk memperbesar foto)

Area Terbuka Untuk Berbagai Kegiatan (klik untuk memperbesar foto)

Area sekitar bekas restorant Sunda Babakan Siliwangi (klik untuk memperbesar foto)

Area sekitar bekas restorant Sunda Babakan Siliwangi (klik untuk memperbesar foto)

Sisi kumuh lainnya yang tidak sedap dipandang mata  (klik untuk memperbesar foto)

Sisi kumuh lainnya yang tidak sedap dipandang mata (klik untuk memperbesar foto)

Beberapa Sanggar Seni (klik untuk memperbesar foto)

Beberapa Sanggar Seni (klik untuk memperbesar foto)

Salah satu sisi "indah" di Babakan Siliwangi (klik untuk memperbesar foto)

Salah satu sisi "indah" di Babakan Siliwangi (klik untuk memperbesar foto)

Salah satu sisi Baksil dipandang dari koridor SABUGA (klik untuk memperbesar foto)

Salah satu sisi Baksil dipandang dari koridor SABUGA (klik untuk memperbesar foto)

Mari kita sama-sama memikirkan langkah-langkah apa yang harus kita lakukan untuk meningkatkan fungsi Babakan Siliwangi sebagai area hijau terbuka sekaligus sebagai paru-paru kota yang sesungguhnya. Menyelamatkan dan membiarkan kondisinya seperti saat ini saja rasanya tidak cukup!

Bagaimana menurut anda?

Artikel terkait:

  1. http://savebabakansiliwangi.wordpress.com/2008/09/22/petisi-online-telah-mencapai-4000/
  2. https://kupalima.wordpress.com/2008/09/25/mobil-mobil-mahasiswa-itb/
  3. http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0302/04/daerah/113106.htm
  4. https://kupalima.wordpress.com/2008/08/27/selamat-tinggal-babakan-siliwangi/
  5. http://coretanpinggir.wordpress.com/2008/09/20/babakan-siliwangi-bandung-baca-babatan-siliwangi-bandung/
  6. http://wahidyankf.wordpress.com/2008/09/12/save-babakan-siliwangi-tolak-pembangunan-babakan-siliwangi/
  7. http://savebabakansiliwangi.wordpress.com/

Kekhawatiran akan upaya mendorong Bandung sebagai Kota Kreatif

Setelah membaca berita  “BCCF Usulkan 10 Program Bandung Kota Kreatif Asia, terus terang saya salut kepada Kang Ridwan Kamil sebagai motor utama BCFF. Adalah suatu kebanggan, juga sebagai berkah yang harus disyukuri bahwa Bandung menjadi satu potensi ekonomi kreatif yang (mudah-mudahan) juga dapat memakmurkan warganya.

Seingat saya, memang dari dulu Bandung adalah tempat manusia-manusia kreatif. Karena saya “urang Bandung”, saya masih ingat ketika saya kecil ada event rutin (tahunan?) lomba peti sabun yang diselenggarakan oleh DAMAS (Daya Mahasiswa Sunda), juga ada Go-Kart yang diselenggarakan di kampus ITB, juga ada Pasar Seni ITB yang masih berlangsung hingga kini. Intinya, saya percaya bahwa inisiatif Kang Ridwan dengan BCCF-nya akan sukses dan berjalan terus karena potensi kreativitasnya sungguh luar biasa dan seolah sudah menjadi bakat internal masyarakat Bandung.

Persoalannya adalah, bagaimana ide membangun kota kreatif ini benar-benar memberikan kemakmuran kepada sebagian besar masyarakatnya, tidak sekedar memberikan kebanggan bahwa Bandung mempunyai event-event menarik yang membuat orang berdatangan ke kota Bandung.

Berubahnya Cihampelas menjadi area Jeans yang bentuknya khas dan unik, berkembangnya industri sepatu beserta outletnya di Cibaduyut, serta munculnya berbagai FO di Bandung menurut saya itu bagian dari kreativitas juga. Pembenahan infrastruktur kota yang sangat buruk dan tidak memprioritaskan hal-hal yang sangat mendasar sebagai kelayakan suatu kota telah membuat Bandung menjadi kota yang sangat buruk dari segi infrastruktur. Kreativitas yang dibangun yang dapat mendatangkan pendatang ke Bandung, selain akan mendatangkan potensi ekonomi, juga akan menimbulkan masalah-masalah yang mengerikan untuk kota Bandung. Macet, parkir tidak terkendali, polusi, sampah, pengaruh budaya luar, dan sebagainya!

Saat ini, jika tidak ada keperluan yang mendesak, sebagian orang Bandung memilih untuk tetap di rumah pada saat weekend. Mengapa? Bandung macet dimana-mana pada saat weekend! Sungguh menyedihkan!

Orang Bandung yang Senin-Jumat bekerja, seharusnya dapat menikmati kota tercintanya pada saat weekend, sehingga mulai senin mereka bisa bekerja dengan pikiran yang lebih fresh! Faktanya, mereka disuguhi stress kemacetan yang luar biasa!

Sungguh menyedihkan menjadi orang Bandung saat ini. Kita hanya jadi “pelayan” untuk para pendatang! Pemerintah hanya silau oleh potensi ekonomi yang dihasilkan oleh para pendatang, tetapi lupa untuk memakmurkan masyarakat Bandung!

Dalam berita di detik.com dinyatakan:

Usai laporan Helarfest 2008, Ridwan pun menyampaikan 10 Usulan Program Unggulan Bandung Kota Kreatif Asia dari BCCF. Kesepuluh program tersebut dikelompokkan dalam tiga bagian yakni; peningkatan partisipasi masyarakat dalam wacana kreativitas, penguatan kewirausahaan di sektor ekonomi kreatif dan revitalisasi fisik Kota Bandung yang mendukung iklim kreativitas.

Saya ingin mengomentari sedikit. Pertama, kalau bisa, tambahkan satu “syarat” bahwa program apapun selalu harus berorientasi pada kenyaman warga kota Bandung. Kedua, revitalisasi fisik saja tidak cukup, tetapi revitalisasi infrastruktur fisik dan non-fisik di kota Bandung.

Baik, apa kesimpulannya? Tidak bisa ditunda bahwa infrastruktur kota Bandung harus segera dibenahi, baik infrastruktur fisik, maupun non-fisik. Ide-ide kreatif harus berjalan sinergi, bahkan lebih ekstrim lagi, tunda dulu ide-ide “briliant” yang bisa mendatangkan lebih banyak orang ke Bandung sebelum infrastruktur dibenahi.

Bagaimana menurut anda?

Tulisan terkait:

  1. http://bandungcreativecityblog.wordpress.com/2008/05/19/paradoks-perkembangan-ekonomi-kreatif-di-kota-bandung/

Mobil-Mobil Mahasiswa ITB

Sekitar 2 minggu yang lalu, saya dan kang Taufikurahman menghadiri satu undangan satu komunitas yang berkumpul di Lebak Siliwangi yang sedang heboh akan disulap menjadi lahan beton. Bahkan, salah satu isu yang beredar, developernya sudah bekerja sama dengan ITB untuk membangun tempat parkir di lahan lapangan tenis di Sabuga ITB (detik.com).

Kami bertemu disana dan pulangnya jalan kaki bersama-sama menuju kampus, menyusur jalan di area itu. Menarik untuk diceritakan, ternyata di dalam begitu penuh dengan mobil-mobil yang parkir yang kemungkinan besar adalah mobil-mobil mahasiswa ITB. Pengamatan kami secara sepintas:

  • paling tidak, sekitar 75% mobil yang parkir disana adalah mobil-mobil dari luar Bandung (bukan plat-D).
  • secara umum adalah mobil-mobil relatif baru, kondisinya masih bagus

Silakan lihat foto-foto berikut:

Salah mobil mewah yang parkir Lebak Siliwangi
Salah satu mobil mewah yang parkir Lebak Siliwangi
Deretan mobil (relatif) baru di lebak siliwangi
Deretan mobil (relatif) baru di lebak siliwangi

Kalau dipikir secara bisnis, pasti menggiurkan, apalagi kalau dihtung jam-jam-an parkirnya!

Baik, saya tidak mau berdiskusi tentang bisnisnya. Saya hanya mau menyampaikan pemikiran saya bahwa parkir mobil ini menurut saya tidak perlu difasilitasi, bahkan posisi tertentu yang mengganggu kelancaran lalu lintas sebaiknya dilarang saja. Lalu, mahasiswa harus parkir dimana? Silakan cari tempat dimanapun yang memang diperbolehkan (mungkin cukup jauh), atau mari beralih ke angkot.

Ada dua dampak penting seandainya ITB memfasilitasi parkir mereka:

  1. Jurang kaya miskin di kampus ITB semakin tinggi.
  2. Memicu pertumbuhan jumlah kendaraan di kota Bandung, dan tentunya akhirnya semakin memacetkan kota Bandung yang kita cintai.

Parkir di Bandung memang sangat tidak terkendali dan sangat mengganggu kelancaran lalu lintas. Sudah selayaknya ITB memberikan contoh yang baik, bukan ikut meramaikan parkir yang mengganggu lalu lintas.

Bagaimana menurut anda?

Pemkot Bandung Akan Paksa Seniman Pindah dari Baksil

Judul posting ini saya kutip persis dari bandung.detik.com, demikian pula isinya:

Bandung – Hingga saat ini para seniman Babakan Siliwangi (Baksil) masih keukeuh menolak direlokasi ke pasar seni Taman Sari. Jika mereka tetap menolak, Pemkot Bandung akan melakukan upaya paksa.

“Kita mau secepatnya, tapi mereka belum juga kasih jawaban,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung M Asykari saat ditanya kapan rekolasi akan dilakukan saat ditemui di gedung DPRD Kota Bandung, Jalan Aceh, Kamis (4/9/2008).

Ketika ditanya tindakan apa yang akan diambil Pemkot, jika imbauan relokasi tidak juga digubris oleh para seniman? “Ya sudah, nanti kita akan gunakan aturan main sesuai hukum, jika teguran tidak juga didengar,” kata Asykari.

Ditanya lebih lanjut apa yang dimaksud tindakan sesuai hukum itu berupa tindakan represif terhadap seniman “Ya,” jawabnya singkat. “Itu kan tanah pemda, dan sekarang pemerintah mau menggunakannya, masa mereka yang nggak punya apa-apa mau bertahan,” ujarnya ketus.

Rencananya sekitar 7.500 M2 lahan di Baksil akan digunakan sebagai rumah makan. Ini berarti 20 persen lahan Baksil yang digunakan dari total 35 ribu M2. Pihak pengembang yang ditunjuk dalam pembangunan di sana merupakan pengembang besar di Kota Bandung, PT Esa Gemilang Indah (Istana group).(ahy/ern)

Menurut saya, para seniman tersebut tidak mau pindah, bukan karena mereka tidak mengerti hak pemkot Bandung sebagai pemilik lahan tersebut, tetapi lebih sebagai ungkapan protes, kekhawatiran dan ketidakrelaan lahan tersebut beralih fungsi menjadi area beton yang semakin merusak kota Bandung.

Bagaimana menurut anda?

Posting terkait:

Selamat Tinggal Babakan Siliwangi?

Tanggal 5 Juni 2008 yang lalu, para pencinta dan pemerhati lingkungan di Bandung mengundang para bakal calon walikota Bandung untuk berdiskusi tentang masalah lingkungan di kota Bandung. Pada akhir pertemuan, semua bakal calon menandatangani kontrak politik untuk mendukung berbagai upaya pelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan di Bandung, termasuk pelestarian kawasan Babakan Siliwangi.

Satu-satunya calon yang tidak hadir waktu itu adalah Dada Rosada. Sekarang, setelah beliau dinyatakan menang, walaupun belum dilantik, tampaknya sudah ada pihak-pihak yang mulai memaksakan keinginannya untuk menyulap kawsan hijau dan terbuka Babakan Siliwangi menjadi kawasan bisnis. Perusahaan yang mengaku sudah punya IMB tersebut adalah perusahaan yang sudah lama “menguasai Bandung”, yaitu Istana Group.

Ayi yang sekarang menjadi wakil Dada Rosada (tinggal dilantik) juga hadir pada waktu itu. Saya kutip statement Ayi pada saat itu yang dikutip melalui galamedia.com:

Sementara itu, Ayi Vivananda menuturkan, meski akan disandingkan dengan incumbent, namun untuk pembangunan apartemen di Babakan Siliwangi, pihaknya akan meminta untuk dibatalkan. “Babakan Siliwangi ini, wajib hukumnya untuk dijadikan wahana ruang hijau terbuka. Karena generasi kami membutuhkan itu,” tegas Ayi.

Mari kita lihat komitmen sang wakil walikota terpilih terhadap janjinya. Sanggupkah dia berlawanan dengan sahabat penguasa yang bisnisnya sudah sangat mengakar di kota Bandung?

Pertemuan pencinta lingkungan dengan bakal calon walikota di Babakan Siliwangi, 5 Juni 2008

Posting dikirim dalam perjalanan Jakarta-Bandung.

Mengapa Tak Gabung Independen Pak?

Seorang wartawan menghampiri saya di PTUN Bandung siang tadi, menyapa dan mengajukan beberapa pertanyaan. Ada satu pertanyaan menarik yang diajukan:

Mengapa suara SYNAR yang basisnya INDEPENDEN tidak disalurkan ke calon INDEPENDEN yang lolos dalam Pilwalkot Bandung? Ini adalah jawaban saya:

Kami tetap INDEPENDEN dan tidak mendukung atau bergabung dengan partai manapun. Kami hanya melihat ada 3 pasangan calon yang sudah pasti bertarung untuk memimpin kota Bandung. Di antara 3 pasangan calon tersebut, hanya satu pasangan yang kami percaya dan yakin bersih dan tulus untuk melakukan perubahan kota Bandung. Dan yang paling penting, setelah kami tanya komitmennya untuk memberantas korupsi di kota Bandung, pasangan calon tersebut menyatakan SIAP!

Jadi SYNAR tetap pihak yang INDEPENDEN (non-partai), tidak berkoalisi dengan partai manapun, mempunyai cita-cita untuk menyelamatkan kota Bandung, dan pasangan TRENDI yang “kebetulan” diusung oleh partai kebetulan pasangan yang kami percayai saat ini untuk mewujudkan cita-cita masyarakat Bandung.

Masyarakat Bandung sekalian, kami adalah salah satu calon INDEPENDEN yang tidak diloloskan, padahal kami mempunyai jumlah dukungan yang cukup. Kami tahu betul sepak terjang CALON INDEPENDEN dalam mengumpulkan dukungan karena kami sesama calon independen yang sama-sama harus mengumpulkan dukungan juga. Ada yang tidak pernah terlihat kegiatannya di lapangan tiba-tiba bisa mengumpulkan sekian ribu KTP, ada yang tebar uang terus….. untuk mendapatkan KTP, ada yang mencoba mengintimidasi pendukung SYNAR……, dan sebagainya.

Silakan interpretasikan sendiri makna dari fakta-fakta ini untuk menyatakan pilihan anda!

Berita terkait:

1. Detik-Bandung