Etos Kerja Tinggi, Salah Satu Kunci Keberhasilan Organisasi!

Kemarin seharian di Jakarta saya mengisi acara training/workshop untuk satu Bank swasta papan atas di Indonesia. Ada hal menarik yang ingin saya share dalam forum ini. Kami mulai acara jam 08.30. Semua peserta mengikuti dengan serius tapi santai, banyak yang bertanya dengan semangat tinggi. Setelah shalat Jumat ada selingan acara Ice Breaking yang dilakukan, lalu segera dilanjut dengan acara training yang kami sampaikan. Singkatnya, acara bersama kami berlangsung hingga hampir pukul 17.30 dan masih berlanjut dengan acara internal mereka.

Ada satu hal yang menarik. Hingga akhir acara bersama kami, saya masih melihat dengan jelas, hampir di semua peserta, suatu semangat yang tetap tinggi. Sebagai pembicara, tentunya sayapun terbawa suasana, semangat terus sampai akhir.

training_sultan.jpg

Dari situ saya memahami, mengapa Bank ini bisa maju. Memang banyak faktor penentunya, tapi saya cukup yakin, salah kunci utama kemajuannya adalah ‘etos kerja yang tinggi‘ tersebut!

Andai, etos kerja seperti itu bisa kita ciptakan di lingkungan pemerintahan dan di kalangan Anggota Dewan, tentunya negara ini akan maju pesat!

Iklan

Identifikasi Ancaman dalam Disaster Recovery Jangan Terfokus Hanya Pada Bencana Alam

Salah satu hot issue dalam dunia IT dan bisnis saat ini adalah DRC/DRP. DRP adalah Disaster Recovery Plan, suatu plan (rencana) yang disiapkan untuk melakukan tindakan preventif, melakukan penanggulangan dan pemulihan pasca bencana. Dalam konteks IT, DRP biasanya didukung oleh suatu DRC atau Disaster Recovery Center, suatu lokasi alternatif yang menduplikasi sebagian sumber daya IT terpenting dalam satu perusahaan atau organisasi yang biasanya terletak di Data Center, sehingga fungsi bisnis/organisasi yang tergantung pada IT akan tetap berjalan jika bencana terjadi.

Baik, saya tidak akan mengajari DRC/DRP yang saya yakin anda sudah paham itu. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa saat ini telah berkembang berbagai jenis ancaman baru. Di lain pihak (mungkin karena sering terjadinya bencana alam), ketika mengidentifikasikan ancaman dalam merancang DRC/DRP sering hanya fokus pada bencana alam saja. Saya sarankan, anda lebih terbuka untuk memikirkan juga ancaman-ancaman lain non bencana alam. Ancaman non bencana alam cukup sering terjadi, tidak terduga, dan bisa memberikan dampak kerugian yang tidak kalah hebatnya, walaupun tidak mengancam keselamatan manusia.

Security jaringan atau security aplikasi dianggap sebagai salah satu ancaman baru yang harus ditangani secara serius.

Sebuah bank papan atas yang mendapat predikat bank dengan layanan terbaik di Indonesia, terpaksa menghentikan layanan Internet Bankingnya selama 15 hari karena ada ancaman security (beberapa posting saya di kategori IT menceritakan tentang ini). Kalau melihat lamanya penanganan masalah tersebut, serta ketidakmampuan menjawab berapa lama perbaikan akan dilakukan, saya dapat menyimpulkan bahwa ancaman security dalam Internet Banking Bank tersebut tidak masuk dalam daftar prioritas ancaman dalam DRP nya.

Dalam DRP, selalu terdefinisi dengan jelas suatu batas waktu maksimum yang diijinkan untuk terhentinya suatu layanan.

Tidak salah memang, tiap perusahaan berhak menentukan prioritas dari perspektifnya masing-masing. Ini hanya contoh saja bahwa ada ancaman-ancaman baru yang bisa menghasilkan kerugian besar dalam bisnis.

Bahkan, merger antar dua perusahaan (misalnya bank) bisa menghasilkan disaster sistem IT nya. Bayangkan, dua dirut bank bersalaman setelah menandatangani dokumen merger, diliput banyak wartawan dan hasil merger menjadikan bank baru tersebut menjadi bank yang memiliki asset terbesar. Sementara, orang-orang IT dari dua bank yang merger itu sedang jungkir balik menyelesaikan masalah kompatibilitas dari sistem mereka yang sangat berbeda. Sangat mungkin, beberapa hari setelah merger, terjadi masalah besar dalam sistem IT yang menyebabkan kerugian yang sangat besar.

Semoga bermanfaat.

Akhirnya Internet Banking Bank Niaga Hidup Lagi

Setelah OFF selama dua minggu lebih satu hari, dan setelah saya me-non-aktif-kan dua account saya di Bank Niaga, akhirnya Layanan Internet Banking Bank Niaga normal kembali pada tanggal 13 Februari 2008, jam 19.03 (berdasarkan email yang diterima). Ketika me-non-aktif-kan dua account saya tanggal 13 Feb siang, staf Bank Niaga di kampus ITB belum bisa menjawab, kapan layanan tersebut bisa pulih.

Selamat, Bank Niaga sudah berhasil mengatasi masalahnya,
walaupun pada akhirnya saya sudah tidak bisa mengandalkan lagi layanan tersebut.

Disaster/gangguan selalu muncul tidar terduga dan itu dapat dimaklumi semua orang, tetapi tidak bisa menjawab pertanyaan ‘Kapan layanan tersebut akan pulih kembali?’ adalah sesuatu yang tidak diharapkan nasabah. Bank sebesar Niaga harusnya punya target yang jelas, berapa lama perbaikan akan dilakukan.

PR Bank Niaga berikutnya adalah menambah fitur layanan Internet Bankingnya,
dan memikirkan untuk menerapkan token. Batas transaksi maksimumnya serta fitur-fiturnya sudah kalah jauh dengan Bank lainnya.

Saya berharap, kehandalan layanannya pun meningkat, berbulan-bulan sebelum kejadian paling parah ini Internet banking Bank Niaga sering mati dalam kurun waktu relatif singkat dengan alasan maintenance (dilakukan di jam kerja). Kelihatannya bukan hanya saya yang mengalami kekecewaan tersebut, silakan tengok keluhan di situs Media Konsumen berikut.

Semoga Bank Niaga tambah maju di masa yang akan datang.

– Arry Akhmad Arman –

Perlukah semua transaksi menggunakan token, bahkan harus dua kali?

Saat ini saya adalah pengguna Internet Banking dari 4 Bank besar di Indonesia. Tiga diantaranya harus menggunakan token (pin atau alat khusus) untuk bertransaksi, satu diantaranya tanpa token. Saya paham bahwa token tersebut dibuat untuk meningkatkan keamanan bertransaksi melalui Internet Banking.

Keamanan biasanya selalu bertolak belakang dengan kanyamanan. Transaksi tanpa token dirasa lebih nyaman, praktis, dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, tanpa terganggu dengan ada tidaknya token di sebelah kita. Ketika token tidak ada di sebelah kita (mungkin tertinggal di rumah, atau memang saat itu memang tidak dibawa karena mungkin tidak diperlukan), maka transaksi tidak dapat dilakukan.

Ada beberapa hal yang menarik untuk kita kaji berkaitan dengan token ini, yaitu sbb.

1. Apakah token diperlukan untuk semua transaksi?
Mungkin ada yang tidak terpikirkan oleh saya. Satu account Internet Banking dapat digunakan untuk mengakses beberapa account dari orang yang sama (CIF sama) di Bank. Rasanya, jika kita memindahkan dana dari satu acount milik kita ke account lainnya miliki kita juga, tentunya tidak ada resiko keamanan yang mungkin terjadi (tolong koreksi kalau saya salah). Jika benar dugaan saya, tentunya transaksi tersebut tidak perlu menggunakan token, sehingga lebih nyaman untuk nasabah. Untuk pihak bank juga akan mengurangi beban prosesor.

2. Apakah penggunaan token perlu dua kali?
Ada bank yang mensyaratkan dua kali penggunaan token untuk satu transaksi. Betapa tidak nyaman untuk user. Apalagi kalau transaksinya jumlahnya kecil atau bahkan pemindahan dana dari satu account ke account kita sendiri. Satu kali saja deh, jangan dua kali, terlalu repot!

– Arry Akhmad Arman –

Hati-Hati Menggunakan SMS Banking

Di satu sisi, SMS Banking menawarkan kemudahan bertransaksi. Namun, perlu hati-hati, SMS Banking sangat berpotensi menimbulkan masalah serius dalam transaksi keuangan anda. Salah satu potensi masalah adalah tidak adanya respon sama sekali ketika kita memberikan perintah SMS Banking.

Sebagai contoh, saya pengguna SMS Banking BNI. Cukup sering mengalami situasi yang saya gambarkan di atas. Bahkan suatu ketika, pagi hari, saya pernah harus melakukan transaksi penting yang saya lakukan melalui SMS Banking. Setengah jam, tidak ada respon. Akhirnya telpon ke Bank. Pihak Bank meyakinkan bahwa transaksi tersebut tidak dijalankan, jadi saya boleh mengulang transaksi tersebut.

Sore hari saya kaget dengan adanya SMS balasan (balasan dari SMS yang saya kirim pagi), menyatakan bahwa transaksi yang saya minta sudah SUKSES dijalankan. Wah repot kalau sudah begini. Padahal petugas BNI yang saya telpon sudah menjamin bahwa transaksi tersebut tidak dieksekusi. Secara teknis bisa dipahami, berarti terjadi delay yang lama di operator telekomunikasinya. Lalu? Apakah hal ini adalah sesuatu yang wajar dan harus dimaklumi? Menurut saya tidak!!! Ini masalah yang harus dicari jalan keluarnya!

Saya juga pernah turut serta dalam satu pertemuan antara customer dengan suatu operator GSM di Indonesia. Operator minta berbagai masukan/keluhan dari customernya untuk tujuan perbaikan. Menariknya, salah satu yang banyak dikeluhkan adalah layanan SMS Banking yang sering bermasalah, tidak ada respon.

Saya kira, Bank, Operator Telekomunikasi serta pihak-pihak terkait untuk melindungi nasabah harus mulai memikirkan hal ini supaya tidak merugikan customer. Bayangkan, kalau terlalu banyak transaksi yang anda kelola, dan anda tidak punya waktu untuk mengeceknya satu persatu, mungkin saja anda sudah mengirim uang ke pihak lain lebih dari satu kali (seharusnya satu kali), hanya gara-gara kelemahan SMS Banking ini.