Cara transaksi perbankan secara elektronik dapat menekan biaya secara signifikan dibandingkan dengan transaksi konvensional yang masih dilayani oleh manusia. Kedua belah pihak, bank, juga nasabah, sama-sama diuntungkan dengan adanya alternatif bentuk transaksi elektronik. Menggiring transaksi ke mesin ATM lebih menguntungkan bagi bank dari pada melayani dengan teller yang cantik dan ramah. Buktinya, bank sampai berani memberikan “ancaman” seperti ini:
Jika transaksi pengambilan dana tidak lebih dari nilai tertentu (misal Rp 2 juta) dianjurkan melalui ATM. Transaksi melalui ATM tidak dikenakan biaya tambahan, tetapi jika dilakukan melalui Teller di kantor Bank, akan dikenakan biaya Rp ….
Ini bukti bahwa pilihan ini lebih menguntungkan bagi Bank dari pada nasabahnya tetap senang antri ke kantor Bank. Walaupun lebih menuntungkan, biaya investasi dan operasional ATM masih lumayan tinggi untuk sebuah bank. Mengapa? Seluruh titik ATM perlu saluran komunikasi yang dedicated, juga investasi mesin ATM, lokasi fisik untuk ATM (tanah, listrik, mungkin AC, dsb). Untuk semua itu, sebagian besar bank masih mau memberikan layanan tersebut hampir gratis kepada nasabahnya; pada umumnya hanya membebankan iuran tambahan yang tidak terlalu besar jumlahnya.
Sekarang, mari kita lihat SMS Banking dan Internet Banking. Biaya yang ditanggung bank jauh lebih kecil lagi dibandingkan dengan menyediakan fasilitas mesin-mesin ATM. Biaya telekomunikasi di-share oleh Bank dan nasabah, perangkat di sisi nasabah adalah milik nasabah (bukan investasi bank). Untuk internet Banking, biaya yang dibebankan bank kepada nasabah memang hampir tidak ada. Namun, untuk SMS Banking, biaya tersebut menurut saya masih sangat tinggi saat ini (perlu dikoreksi segera)!
Ada beberapa hal menarik untuk disimak:
- Ketika awal saya mendaftarkan diri untuk mendapatkan layanan SMS Banking, petugas bank menjelaskan bahwa biaya transaksinya akan dibebankan kepada nasabah, yaitu biaya SMS untuk permintaan transaksi dan konfirmasi transaksi. Ketika saya bertanya, persisnya berapa rupiah? Petugas menjawab dengan sangat yakin: “tergantung operatornya pak, mungkin Rp 400 x 2 = Rp 800, atau kurang”. Menariknya, untuk setiap transaksi, saya selalu dikenakan biaya Rp 1000,- padahal tarif SMS rata-rata saat itu adalah Rp 300 – Rp 350 per SMS.
- Sejak beberpa bulan lalu, tarif SMS di Indonesia turun drastis, bahkan dapat dikatakan mendekati gratis. Menariknya, untuk setiap transaksi, saya masih dikenakan biaya Rp 1000,-. Lho, katanya nasabah hanya diberi beban membayar biaya SMSnya saja???
Mungkin masih banyak pihak yang belum menyadari fenomena ini. Memang uang Rp 1000 sudah tidak begitu bernilai saat ini, tapi jika kita bicara jutaan atau puluhan juta transaksi per bulan, ada berapa total hak nasabah yang dinikmati pihak tertentu, entah bank, perusahaan telekomunikasi, atau pihak ketiga.
Jika tarif SMS komersial rata-rata saat ini Rp 100,- maka biaya SMS Banking yang pantas adalah Rp 200,- per transaksi. Jika masih dikenakan Rp 1000,- siapa yang menikmati selisih Rp 800,- per transaksi??
Jika ada perjanjian jangka panjang sebelumnya antara Bank dengan pihak tertentu untuk nilai tarif tersebut, itu semua adalah urusan Bank dengan pihak tersebut, bukan urusan nasabah!