Banyak Perusahaan Tidak Mempunyai Standar Dokumentasi Pengembangan Software

Bagaimanapun bentuknya, saya kira perusahaan-perusahaan besar pada umumnya mempunyai standar proses pengembangan software yang secara umum biasanya disebut SDLC (Software Development Life Cycle). Di beberapa perusahaan yang manajemen TI nya sudah mapan, SDLC tersebut biasanya diterapkan secara konsisten baik untuk pengembangan software oleh pihak internal, maupun pengembangan software yang melibatkan pihak eksternal (outsourcing). SDLC yang diterapkan secara ketat secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas software yang dihasilkan. Bagian dari SDLC juga mensyaratkan adanya dokumentasi software yang baik.

Apakah SDLC saja serta keberadaan dokumentasi software sudah cukup? Jawabannya biasanya baru diketahui setelah ada masalah-masalah berkaitan dengan software aplikasi yang sudah pernah dibuat. Beberapa permasalahan tipikal diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Dokumentasi software ternyata tidak lengkap, ada bagian penting dari software yang tidak dijelaskan dengan cukup, sehingga sulit untuk memahaminya.
  2. Format dan struktur dokumen berbeda-beda
  3. Cara pemodelan berbeda-beda. Mungkin ada yang masih menggunakan flowchart + ER Diagram saja, ada yang menambahkan Data Flow Diagram (DFD), ada yang mencampur adukan UML dengan DFD, atau ada yang secara penuh sudah menerapkan UML.

Permasalahan-permasalahan tersebut di atas akan menghambat tujuan-tujuan sebagai berikut:

  1. Melakukan modifikasi software menjadi sulit dilakukan. Kadang perusahaan ingin melakukan modifikasi kecil dari software yang sudah dibuat dan sudah diluar masa garansi. Tapi sulit dilakukan karena hambatan dokumentasi.
  2. Melakukan pengembangan lebih lanjut menggunakan vendor lain. Dokumentasi yang buruk, yang hanya dimengerti oleh pembuatnya saja, menyulitkan dipahami oleh pihak lain yang akan meneruskan pekerjaan tersebut.
  3. Melakukan integrasi dengan aplikasi lain. Ketika sistem berkembang dan ada tuntutan integrasi, dokumentasi yang buruk mungkin akan menyulitkan untuk memahami struktur data, cara berkomunikasi data, apalagi kalau ada keperluan modifikasi algoritma untuk mencapai tujuan integrasi.

Bagaimana solusinya? Sederhana!

Buatlah standar (template) dokumentasi pengembangan software aplikasi di perusahaan anda. Standar dokumentasi berbeda dengan standar proses pengembangan (SDLC).

Semua pengembangan software, baik yang dilakukan oleh pihak internal maupun cara outsource harus membuat dokumentasi sesuai standar tersebut. Hal yang harus diingat adalah:

Jangan membuat standar dokumentasi yang bentuknya tidak biasa. Saya sarankan untuk mengadopsi dari suatu standar, lalu lakukan penyesuaian minor. Untuk pemodelannya, saya menganjurkan untuk menggunakan UML secara penuh.

Nah, kalau ini sudah tercapai, anda buka dokumen software manapun selalu sama bentuknya dan kelengkapannya cenderung lebih terjamin karena mengikuti template yang sudah ada.

Semoga bermanfaat!

7 komentar di “Banyak Perusahaan Tidak Mempunyai Standar Dokumentasi Pengembangan Software

  1. Ping balik: Identifikasi Ancaman dalam Disaster Recovery Jangan Terfokus Hanya Pada Bencana Alam | Sharing Vision

  2. SDLC hanya menjelaskan siklus. Pengembangan yang menggunakan siklus yang sama bisa mempunyai cara mendokumentasikan yang berbeda-beda. MUngkin semuanya benar, tidak ada yang salah, tetapi itu akan menyulitkan bagi perusahaan yang sering melakukan outsource pengembangan aplikasi, karena style-nya berbeda-beda.

    Standar dokumentasi adalah buku panduan standar menyajikan report pengembangan aplikasi, dalam hal ini untuk kemudahan perusahaan yang sering melakukan outsource.

    SDLC bisa dipilih yang manapun. Walaupun paling kuno, Waterfall masih sering digunakan, karena lebih memudahkan dari sisi manajemen proyek.

    Standar dokumentasi, sebaiknya simbol-simbolnya menggunakan UML dan diatur penulisannya dengan ketat.

Tinggalkan Balasan ke Indri Batalkan balasan